Universitas Kyoto Teliti Subak Di Gianyar
Kamis, 18 Agustus 2016
00:00 WITA
Gianyar
3331 Pengunjung
suaradewata
Gianyar, suaradewata.com – Subak di Kabubaten Gianyar kembali mendapat perhatian serius. Beberapa Akademisi yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia serta Universitas Kyoto, Jepang yang tergabung dalam kegiatan Bali International Field School (BIFS) 2016 mengadakan penelitian terhadap sistem pengelolaan subak di Kabupaten Gianyar. Mereka akan berusaha menelaah bagaimana keberlanjutan subak di Kabupaten Gianyar. Mengingat Subak di Gianyar sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO.
Hal tersebut terungkap saat pembukaan BIFS di Puri Agung Gianyar, (18/8) yang diterima langsung oleh Bupati Gianyar A.A Gde Agung Bharata beserta para ahli budaya Kabupaten Gianyar.
Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Hasim Djojohadikusumo mengatakan, ini merupakan kali kedua melakukan penelitian subak Kabupaten Gianyar. Adapun penelitian sistem subak diadakan selama kurang lebih satu minggu, mulai rabu (17/8) kemarin dan berakhir pada senin (22/8) nanti di Nyuh Kuning, Ubud. Dia mengharapkan seluruh peserta mendapat pengalaman yang berharga selama penelitian.”Dengan keberagaman budaya, dan karakter masyarakat yang bersahabat, semoga kalian dapat memetik sesuatu yang bermakna,”ucapnya.
Selanjutnya, lanjut Hasim kerjasama ini dapat terjalin secara berkesinambungan agar kedepannya subak dapat lebih bermanfaat mengingat air merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Bupati Gianyar Anak Agung Bharata mengatakan, sebuah kehormatan bagi Pemkab. Gianyar telah dipercaya menjadi tuan rumah BIFS 2016. Ini merupakan kesempatan besar untuk membangun hubungan dari sisi budaya antar negara yang berpartisipasi.”Hal ini sejalan dengan komitmen Pemkab. Gianyar untuk menjaga warisan pusaka budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar,”ucapnya.
Bupati Bharata berharap, penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan sistem subak sejauh ini. Sebab, seiring perkembangan jaman, peninggalan sejarah seni dan budaya mengalami ancaman, yang salah satunya dari vandalisme. ”Saya harap, melalui BIFS dapat gugah kesadaran masyarakat akan keberadaan system irigasi di Bali yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana,”ucapnya.
Bicara prestasi, lanjut Bharata, masyarakat Gianyar telah menorehkan lima pencapaian dalam bidang seni budaya, yaitu tumbuhnya SDM kreatif sebagai sumber dari maestro – maestro seni budaya, berkembangnya alam dan habitat di Kabupaten Gianyar sebagai sentra budaya peradaban Bali Tengah, Bali Kuno, Budaya Nasional, Budaya Modern, dan Multi Budaya, selanjutnya sejarah, identitas, karakter Kabupaten Gianyar dijiwai oleh taksu dan nilai Tri Hita Karana, kemudian di Kabupaten Gianyar terdapat berbagai aneka museum terbesar yang mengenalkan nilai – nilai sejarah seni budaya. Terakhir, Gianyar telah mendeklarasikan sebagai Kota Pusaka.
“Dengan berbagai kebanggaan tersebut, saya ajak masyarakat ikut mensakralkan apa yang telah ditinggalkan leluhur. Dan mendukung penuh segala upaya Pemkab dalam mempertahankan jati diri Kabupaten Gianyar sebagai Soul of Bali,”pungkasnya. gus/ari
Komentar