Penggemukan Sapi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, "Sapi Bali Untuk Dunia"

  • 05 Oktober 2022
  • 17:35 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2350 Pengunjung
Penggemukan Sapi Rakyat menjadi upaya dalam kedaulatan pangan dan mengurangi jumlah impor sapi dari luar. Istimewa

Denpasar, suaradewata.com - Jumlah populasi sapi di Indonesia mencapai 18,05 juta ekor pada 2021. Angka ini lebih besar 3,52% dibanding tahun 2020 yang berjumlah 17,44 juta ekor. Konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,57 kg per kapita, sehingga kebutuhan daging sebesar 706.388 ton. Produksi nasional hanya sebesar 436.704 ton, sehingga ada defisit sebesar 207.199 ton

Impor Daging Sapi menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor daging sapi sebesar 223.420 di tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2021 sebesar 211.430 ton dan kuota impor pada tahun 2022 mencapai 266.065 ton.

Ketergantungan akan impor daging makin tahun makin bertambah salah satunya adalah daging sapi lokal tidak memenuhi standar baik dari sisi pemeliharaan yang masih tradisional, daging yang alot dan kenaikan bobot harian yang masih rendah.

Berkaitan dengan itu anggota DPR RI, Dapil Bali Fraksi PDI Perjuangan, salah satunya yakni, I Nyoman Parta turut melakukan sebuah upaya pemberian pakan khusus dengan peneliti Dokter David. Pemberian pakan khusus pada sapi Bali dengan sample 30 ekor lokasi penelitian pada kandang rakyat terdiri dari :
1. 10 ekor di kabupaten Gianyar 
2. 10 ekor di kabupaten Tabanan 
3. 5 ekor di kabupaten Badung dan 
4. 5 ekor di kabupaten Bangli

Pada Rabu (5/10/2022), di RPH Mambal, Badung, dilakukan pemotongan 2 ekor sapi yang kenaikan ADG 1,4 dan 1,65 per harinya. Berat awal Sapi 1 : 412kg dan Sapi 2 : 444kg. Setelah diberikan pakan khusus selama 32 hari, berat sapi 1 menjadi 457 kg dan sapi 2 menjadi 497 kg. Ini merupakan kenaikan yang sangat signifikan untuk kelas sapi lokal.

Darah, daging dan kotoran sapi ini juga akan di uji Lab oleh Tim Lab Terpadu IPB Bogor dan Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) Kementerian Pertanian, untuk diuji kualitas dan kandungan yang ada di dalam daging Sapi Bali hasil treatmen ini. Daging ini kemudian akan dilakukan proses pelayuan kemudian akan dinikmati bersama stake holder terkait.

Sektor agrikultur menyumbang 11% gas rumah kaca, dimana 40%-nya berasal dari peternakan yaitu kotoran sapi yang menjadi salah satu penyumbang karbon terbesar.

Dengan treatment ini kotoran sapi akan sedikit mengandung gas metan sehingga bisa langsung diaplikasi ke lahan pertanian tidak membutuhkan waktu untuk fermentasi lagi.

Kelebihan Sapi Bali :
1. Bisa hidup di berbagai iklim, suhu dingin bersalju, panas terik hidup 
2. Bisa makan apa saja dari sentrat, tumbuhan hijau hingga jerami kering 
3. Kesuburan sapi betina sampai 17 kali punya anak 
4. Daging kelas 1 (krakas) 52%, daging kelas 2 nya 48% 
5. Terdapat buliran lemak (marbling) di dalam daging yang membuat aroma daging tercium hingga jarak yang jauh, dan 
6. Sapi Bali terkenal pintar

"Populasi Sapi Bali terus menerus berkurang karena, petani mengganti sapi dengan traktor untuk membajak lahan. Ukuran sapi relatif lebih kecil. Diperjual-belikan secara masif keluar daerah. Tidak diterima di hotel dan restoran karena dagingnya tidak empuk (keras). Kebanyakan standar daging yang digunakan chef di Indonesia mengunakan standar negara penghasil daging sapi ," ujar Nyoman Parta.

Jadi, walaupun Bali didatangi banyak turis, tetap saja yang dikonsumsi adalah daging sapi impor (Wagyu Jepang, Brahman India, Limosin dan Sapi Belgia). 

Dalam kegiatan tersebut juga hadir, ID Food yang merupakan BUMN di bidang pangan, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) Kementerian Pertanian, Tim dari Lab IPB, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota se-Bali, Universitas Udayana, Universitas Warmadewa, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Indramayu, Peternak dan dr. David. rls/gus/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER