PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Ancaman Ideologi Menggerogoti NKRI

Selasa, 02 Februari 2016

00:00 WITA

Nasional

4102 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com - Meskipun usia NKRI sudah lebih dari tujuh dasawarsa, fakta menunjukkan anyaman kebangsaan kita belum sepenuhnya selesai. Masih ada di sana-sini yang mempertentangkan ideologi negara dan realitas kemajemukan bangsa dengan keyakinan individu dan hasrat menonjolkan kepentingan kelompok. Ibarat kain, Indonesia serupa tenunan yang robek karena simpulnya rapuh. Kerapuhan terjadi karena rupa-rupa alasan, seperti rasa frustrasi akibat kesejahteraan yang tidak kunjung datang, keadilan yang tidak sepenuhnya ditegakkan, dan keyakinan bahwa ideologi kelompoknya yang paling benar sehingga tergerak untuk memonopoli kebenaran.

Sekarang ini ancaman ideologi mengancam mengerogoti NKRI, dimana makin mengikisnya jiwa nasionalisme. Generasi muda perlu meneladani nilai-nilai kepahlawanan. Bentuk penghargaan yang lebih substantif, esensial adalah meneruskan perjuangannya dalam membela kepentingan orang banyak, mendedikasikan potensi dirinya untuk bangsa dan negara. Singkirkan pemahaman klasik tentang pahlawan yang masih sering disebut-sebut sebagai pejuang yang erat kaitannya dengan fenomena perang. Seperti gugur di medan perang atau di medan tugas. Ingat sesungguhnya menjadi pahlawan di masa kini tidak harus seperti itu, masih banyak pahlawan-pahlawan yang berjuang diberbagai sektor lainnya, seperti pahlawan di bidang pembangunan, di bidang pendidikan,  agama, budaya, dan banyak lagi. Mereka yang rela bertugas mengabdikan jiwa dan raganya tanpa pamrih untuk kepentingan bangsa dan negara.

Meski memperihatinkan, namun lembar pembuka kalender 2016 ini telah ternoda oleh perilaku terorisme di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Terorisme ini paling tidak menjadi penanda betapa masih cukup berpotensi karakter perusak toleransi, kerukunan dan kedamaian bangsa ini. Mengapa begitu mudahnya segelintir anak NKRI merusak fasilitas umum, meletuskan senjata ke kerumunan warga, dan akhirnya melukai dan mengorbankan nyawa sesamanya. Momentum aksi terorisme di medio Januari 2016 kemarin harus sekali lagi menjadi pengingat kita, bahwa kita harus secara serius menekankan pendidikan karakter dalam implementasi K13. Karakter yang mengedepankan toleransi atas aneka perbedaan keyakinan.Karakter yang mampu menghayati indahnya kebersamaan, kerukunan dan  kebangsaan dalam lingkungan kebhinekaan.

Adanya kelompok tertentu yang hendak memecah-belah NKRI, juga kelompok yang ingin mengubah asas negara, perlu diwaspadai. Kelompok itu kini terus berusaha untuk eksis ke permukaan dengan berbagai cara. Ada yang ingin mengubah sistem pemerintahan yang sudah berjalan menjadi khilafah, juga ada yang menghendaki berdirinya negara agama. Menariknya, kelompok yang ingin memecah-belah NKRI ini memakai simbol agama untuk memuluskan rencananya. Cara apa pun dilakukan, termasuk tindak kekerasan, sehingg terkesan memaksakan kehendak. Upaya kelompok itu sudah terkategori merongrong nasionalisme yang sudah terbangun. Sebab, jika misi yang dibawa sudah merasuki alam pikiran seseorang, maka nasionalisme yang ada akan pudar perlahan. Celakanya, kelompok itu kini tampaknya sudah banyak pengikut. Dengan kata lain, mereka sudah berhasil memecah NKRI dari dalam. Banyak orang tidak menganggap Pancasila sebagai asas negara, meski mereka masih berdiri di tanah Indonesia.

Peran negara juga sangat signifikan untuk memperkokoh nasionalisme pada tiap warga negaranya. Salah satu yang dilakukan (barangkali) adalah memasukkan pentingnya menjaga nasionalisme dalam materi-materi pelajaran di bangku sekolah hingga perguruan tinggi. Tapi perlu disadari, kelompok-kelompok itu kini semakin mengakar. Negara tampaknya perlu memikirkan cara lain untuk menjaga keutuhan NKRI. Sebagian masyarakat yang masih kokoh nasionalismenya berupaya mengonter gerakan kelompok itu melalui berbagai forum diskusi, maupun lewat tulisan di media massa. Bahkan juga terjun langsung ke masyarakat untuk berdiskusi dengan berbagai elemen tentang kewajiban mempertahankan kesatuan NKRI. Isu nasionalisme menjadi senjata yang mesti ditancapkan dalam pikiran tiap kepala yang ditemui. Dan upaya itu akan lebih sempurna bila sigap ketika melihat aksi anarkis dengan mengkomunikasikan langsung kepada negara. Selain itu, juga menjadi motor gerakan deradikalisasi untuk mengajak kelompok itu kembali mengakui Pancasila sebagai asas negara, karena bagaimanapun kelompok itu juga masih warga negara Indonesia.

Pedro Permana,Penulis adalah pemerhati masalah sosbud


Komentar

Berita Terbaru

\