PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Sebuah Pelajaran Dari Pancasila Untuk Bangsa Indonesia

Kamis, 22 November 2018

00:00 WITA

Nasional

2962 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Opini, suaradewata.com – Beberapa hari terakhir, viral video Calon Presiden Prabowo Subianto yang sempat salah menyebut sila ke-4 Pancasila di berbagai media sosial. Kesalahan itu, dilakukan Prabowo ketika menggelar sebuah kampanye di daerah.

Dalam video tersebut, Prabowo terlihat mengalami kesalahan saat menyebutkan sila ke-4 Pancasila. Setelah “Persatuan Indonesia”, Prabowo sempat salah mengucapkan “Kemanusiaan yang… apa”. Prabowo terlihat lupa. Kesalahan ini pun diketahui tidak terjadi sekali, terdapat beberapa kejadian beberapa kader Gerindra turut lupa atau mengalami kesalahan saat mengucapkan Pancasila.

Kesalahan ini mungkin terlihat ringan, namun sekali pun ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Kesalahan pada Pancasila dikhawatirkan membuktikan bahwa yang bersangkutan belum dapat memahami nilai-nilai Pancasila. Sejatinya, Pancasila merupakan nilai falsafah hidup Bangsa Indonesia.

Seharusnya Prabowo Subianto sebagai calon presiden, mantan anggota Pasukan Khusus, dan negarawan menghindari kesalahan apapun terkait Pancasila. Hal-hal yang bersifat substansial seharusnya diresapi dengan baik, dihapalkan serta diimplementasikan kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adanya kesalahan tersebut, seharusnya tak perlu dilakukan penyangkalan. Upaya penyangkalan ini tidak akan membuat apa yang kurang tepat menjadi berubah. Hal ini tentu diperparah jika penyangkalan tidak dilanjutkan dengan adanya introspeksi diri. Selain penyangkalan, terdapat beberapa pihak yang melakukan blaming terhadap hal yang sepele tidak sepenting Pancasila.

Kesalahan yang terjadi saat pengucapan Pancasila di Kuningan beberapa waktu lalu dilakukan setelah adanya klaim diri sebagai orang yang sudah membela Pancasila. Walaupun sudah membela Pancasila, tidaklah perlu “memamerkan diri”, toh banyak negarawan yang rendah hati dalam membela Pancasila dan negara ini.

Selain itu, Prabowo pun selalu mengklaim sebagai seorang nasionalis, Pancasilais, dan “is”lainnya. Membuat sebuah pengakuan dan mengklaim itu dapat dilakukan oleh siapapun. Namun, untuk diakui bukan suatu hal yang mudah diperoleh, seperti yang terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini.

Mental dan sifat seperti inilah yang akan membuat Bangsa Indonesia berpotensi mengalami krisis model dijadikan contoh. Sehingga kita membutuhkan pandangan yang lebih luas menjadi sosok yang tidak pernah mengakui dirinya sebagai yang terbaik, namun diakui oleh lawan dan kawan. Semangat membangun bangsa dan selalu optimis dalam bekerja perlu dijadikan contoh oleh Bangsa Indonesia sehingga bangsa yang besar ini dapat bersaing di kancah internasional.

Sehingga perlu untuk dipahami bahwa masa lalu seorang tidak selalu akan berhubungan dengan kondisinya pada saat ini. Hal ini tentu dapat terjadi kepada Prabowo Subianto. Selama ini persepsi masyarakat terbentuk bahwa seorang Prabowo Subianto merupakan sosok yang nasionalis.  Persepsi tersebut tidak perlu diperdebatkan namun cukup dapat dilihat dari sisi mengenai pemahaman Pancasila. Selain itu, lebih luasnya lagi perlu pula ditinjau dari penyampaiannya. Adakah penyampaiannya yang menawarkan solusi dari sebuah permasalahan atau kan hanya menyebutkan permasalahan dinegara kita tanpa ada sebuah solusi. Seperti itukah cerminan seorang yang akan memimpin bangsa yang terdiri dari keberagaman dengan latar belakang yang beragam pula.

 

Oleh : Fito Hernawan (Mahasiswa UNAS)


Komentar

Berita Terbaru

\