ASEAN Untuk Indonesia, Demi Kemajuan Peradaban Bangsa
Sabtu, 17 November 2018
00:00 WITA
Nasional
2000 Pengunjung
istimewa
Oleh: Ibrahim Waluyo)*
Opini, suaradewata.com - Belum lama ini Indonesia baru saja mengikuti KTT ASEAN yang ke-33 di Singapura. KTT ASEAN ini sangat penting bagi Indonesia bersama dengan negara-negara se-Asia untuk menyatukan kekuatan dalam menghadapi tantangan global yang semakin kuat,khususnya terpaan badai dari persaingan ekonomi antara Amerika dan China, serta kenaikan harga minyak global.
Untuk mendapatkan keuntungan dari suatu kerja sama ini, Indonesia perlu memiliki bargaining position yang baik serta kredibilitas yang baik di mata internasional,sehingga setiap suara yang disampaikan didengarkan dan dihargai. Kita sangat beruntung sekali semenjak Jokowi memimpin Indonesia, Indonesia berhasil meningkatkan kredibilitasnya di mata internasional melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam level internasional. Contohnya adalah suksesnya perhelatan Asian Games dan Asian Para Games 2018 serta pertemuan IMF bersama perwakilan seluruh negara di Bali. Ini adalah angin segar bagi Indonesia karena Indonesia memperoleh promosi nama baik di dunia internasional.
Dalam pertemuan KTT ASEAN ini, Jokowi menyampaikan bahwa negara-negara yang tergabung dalam ASEAN perlu meningkatkan prinsip-prinsip kerja sama, bukan rivalitas, inklusivitas, transparansi, keterbukaan, dan saling memberikan penghormatan. Selain itu, Jokowi juga menyampaikan konsep Indo-Pasifik yang mendukung peningkatan kerja sama antar negara ASEAN secara lebih terfokus sehingga sentralitas ASEAN dapat tercapai. Langkah ini merupakan langkah yang sangat tepat bagi Indonesia karena di era sekarang ini, sudah bukan jamannya lagi sebuah negara berdiri sendiri. Apabila suatu negara ingin bergerak maju melampaui atau mengimbangi negara-negara maju lainnya, kita perlu menjalin hubungan diplomasi yang baik dengan negara-negara lain.
Konsep ini berbeda jauh sekali dengan konsep yang disampaikan oleh Capres Prabowo,bahwa dirinya ingin menjadikan Indonesia yang mandiri dan tidak membutuhkan bantuan dari negara lain. Padahal faktanya,Indonesia sudah sangat mandiri dan bisa berdiri sendiri. Hanya saja bila dibarengi dengan strategi diplomasi yang baik maka kemajuan bangsa masih sangat bisa lebih optimal. Kita harus lebih terbuka dan membangun kerja sama yang baik dengan negara lain. Baik itu dalam bidang ekonomi, perdagangan, pendidikan, teknologi, dan pertahanan.
Akan sangat lambat jadinya pertumbuhan Indonesia apabila politik yang dijalankan yaitu acuh tak acuh. Politik yang tidak ingin melihat dan menjalin kerja sama dengan negara lain hanya akan menjadikan Indonesia berjalan sangat lambat dan justru termakan oleh perkembangan jaman. Kita bisa melihat contoh kasus dari negara Korea Utara yang secara kuat memegang teguh kemandirian penuh dari negara itu sendiri, tidak ingin menjalin hubungan kerja sama dengan negara manapun, dan tidak pernah ingin membuka negara tersebut sedikitpun. Fakta yang terjadi adalah negara tersebut justru berada dalam garis kehancuran karena ketertinggalan ekonomi yang cukup jauh serta teknologi yang tidak mampu lagi mengikuti perkembangan jaman.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah keputusan yang bijak di zaman sekarang apabila Indonesia ingin menjadi negara yang mandiri, dan tidak lagi memerlukan bantuan dari negara lain? Melihat dari dinamika persaingan dunia saat ini, bahkan negara besar seperti Amerika dan China tidak akan mampu berdiri sendiri dan menganggap keputusan yang sungguh bodoh apabila ingin memajukan suatu bangsa tanpa menjalin kerja sama dengan negara lainnya.
Manuver strategi internasional yang dilaksanakan oleh Jokowi kedepannya akan sangat memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda bangsa. Semuanya membutuhkan proses, semuanya memiliki siklus. Kebijakan yang diambil Jokowi dengan mendorong konsep Indo-Pasifik merupakan pertimbangan yang tepat. Karena buah dari kebijakan ini nantinya akan lebih dirasakan oleh para generasi muda yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang.
)* Mahasiswa Hubungan Internasional dan Pengamat Masalah Politik Internasional
Komentar