Prospektif, Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus Tembus 150 Ribu/kg
Minggu, 02 Juli 2017
00:00 WITA
Bangli
7025 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com – Belakangan budidaya cacing tanah jenis lumbricus rubellus mulai banyak diminati. Pasalnya, budidaya jenis cacing ini, membawa banyak manfaatnya, baik untuk kesehatan, pertanian dan mampu memberikan keuntungan ekonomis yang sangat tinggi. Betapa tidak, ternak cacing ini mampu dijual seharga 150.000/kg.
I Wayan Badan (46) salah seorang pembudidaya cacing asal Banjar Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kintamani, menuturkan banyak manfaat yang dirasakan dengan budidaya cacing lumbricus rubellus. Disampaikan, dari awal memulai usahanya tahun 2003 bersama kelompok tani Amerta Lestari yang beranggotakan 30 orang, saat ini telah mampu membudidayakan sebanyak 300 kg. “Manfaatnya, baik untuk pertanian, kesehatan dan menguntungkan secara ekonomis,” ungkap Wayan Badan saat ditemui Minggu (02/07/2017).
Dalam sector pertanian, dengan budidaya cacing ini mampu menghasilkan jenis pupuk yang berkualitas. “Pupuk yang dihasilkan lebih bagus dibandingkan dengan pupuk anorganik. Petani ini bisa berkelanjutan untuk menaman dan dengan menggunakan pupuk ini bisa menjaga ph tanah," bebernya.
Sementara untuk kesehatan, cacing lumbricus rumbellus bisa diolah dalam bentuk kapsul dan dibuat jus. Manfaatnya untuk menambah stamina, pengobatan untuk sakit tipus, asma, demam berdarah, sakit kuning, dan beberapa sakit lainnya. Hanya saja, diakui, pengolahan cacing dalam kapsul belum bisa dilakukan sendiri. Kata dia, dirinya baru sebatas bisa membuat jus.
Untuk pemasaran, lanjutnya, sudah mencakup seluruh Bali. Harganya, kata dia, tembus hingga Rp 150 ribu per kilogram sedangkan pupuk dijual Rp 3.000/kg. Bila ada pembeli cacing sampai 10 kilogram maka akan langsung dibawakan. Diceritakan, cara budidaya cacing jenis ini terbilang cukup mudah. Yang diperlukan, berupa kotoran, bisa kotoran sapi, ayam maupun babi sebagai medianya. “Kotoran yang baik digunakan sebagai media budidaya cacing adalah kotoran yang baru dikeluarkan hewan dengan jarak minimal tiga minggu. Selanjutnya cacing tinggal ditaruh ditumpukan kotoran yang telah dibuat medeng,” ungkapnya.
Untuk pakan, tambahnya, bisa diberikan makan dari limbah rumah tangga, seperti bekas sisa sayur. “Karena cacing ini jenis ini cukup rakus, pemberian makan bisa dilakukan tiga sampai empat hari sekali,” tegasnya. Sedangkan untuk panen cacing sudah bisa dilakukan pada usia 6 bulan. “Namun kalau tidak ingin kehabisan bibit, maka sebaiknya panen dilakukan di usia 8 bulan agar bisa bertelor dan berkembang biak,” pungkasnya. ard/ari
Komentar