Tabanan, suaradewata.com - Bagi masyarakat Bali, Penjor merupakan sesuatu yang sakral dan wajib ada pada momen – momen tertentu, khususnya pada saat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Namun, belakangan ini masyarakat sudah dimudahkan dengan membuat penjor secara instan, karena alat dan sarana penjor yang sudah jadi, dijual dimana-mana. Karenanya, untuk mempertahankan tradisi membuat penjor agar kearifan lokal bisa terus dipertahankan, Pemkab Tabanan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan menggelar lomba menghias penjor yang diikuti oleh perwakilan dari masing-masing SKPD di lingkungan Pemkab Tabanan. Lomba ini juga merupakan serangkaian pelaksanaan HUT ke 523 Kota Tabanan. Lomba menghias penjor dipusatkan di empat titik yakni Halaman Kantor Bupati Tabanan, Lapangan Debes, Gedung Kesenian Ketut Marya serta Lapangan Umum Alit Saputra, Selasa ( 22/11 ).
Menurut Ketut Sumendra yang merupakan salah satu juri lomba menghias penjor, lomba penjor ini lebih menekankan padakreasi dan kreativitas peserta. Dari total tujuh peserta akan dituntut untuk mampu menyelasaikan dua buah penjor dalam waktu 3 jam. Selain kreasi dan kreativitas, para peserta juga dituntut untuk selalu kompak agar hasil akhir bisa maksimal. “ Ada beberapa kriteria yang akan kami nilai seperti kerapian, keindahan, keserasian, bentuk dan kreasi,” ujarnya.
Ditambahkan, sarana yang dipergunakan juga harus bahan-bahan tradisional seperti bambu dan ental, serta tidak boleh memakai sarana berbahan plastik. Tinggi penjor pun sudah ditentukan yakni 8 Meter. “ Dalam lomba ini para peserta tidak boleh memperguanakan sarana berbahan plastik apalagi bahan yang sudah jadi. Disinilah nanti kami akan melihat bagaimana para peserta berkreasi menggunakan bahan dasar ental,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan Wayan Adnyana mengatakan, lomba menghias penjor ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemkab Tabanan terhadap seni dan tradisi lokal masyarakat Bali, salah satunya kreasi menghias penjor. Menurutnya, seiring perubahan jaman serta kesibukan masyarakat yang semakin meningkat, penjor yang rutin dibuat tiap enam bulan sekali di saat perayaan Galungan dan Kuningan, saat ini dibuat dengan bahan yang serba jadi. Ini menjadikan masyarakat kita terutama generasi muda, tidak paham betul dari esensi penjor itu sendiri. “ Kami berharap melalui lomba ini, masyarakat kita di Tabanan terutama generasi muda akan tergugah hatinya untuk membuat penjor sesuai dengan esensinya. Karena penjor memiliki makna dan kesakralan yang luar biasa yang haru tetap kita pertahankan,” ungkapnya.
Adnyana juga berharap, para peserta lomba bisa tetap menjaga kekompakan, karena bukan gelar juara yang dikejar, namun semangat kebersamaan dan kreativitaslah yang terpenting. “ Lomba ini bukan hanya sekedar mengejar juara, namun lebih pada rasa kebersamaannya. Saya berharap para peserta bisa menunjukkan kreatiivitas dan kekompakan mereka,” imbuhnya.
Sementara salah satu peserta perwakilan BRSUD Tabanan Putu Prama Cahyana (26) mengatakan dirinya merasa senang bisa berpartisipasi dalam memeriahkan HUT ke 523 Kota Tabanan dengan ikut Lomba menghias Penjor. Meskipun terbilang muda, Prama ternyata sudah terbiasa membuat Penjor khususnya saat Hari Raya, namun di lomba kali ini dirinya lebih menonjolkan kreasinya membuat motif ringgit Bali agar ada kesan beda pada hasil akhir. “ Sebagai generasi muda yang cinta budaya dan tradisi Bali, saya ingin melestarikannya dengan ikut berpartisipasi menghias penjor. Mudah-mudahan Penjor kreasi kami hasilnya memuaskan,” tandasnya. gin/ari
Komentar