PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Suweta Ingatkan Hakekat Pancasila Kepada Siswa

Rabu, 01 Juni 2016

00:00 WITA

Denpasar

3087 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Denpasar, suaradewata.com - Ketua Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Provinsi Bali Brigjen Pol (Purn) Drs. I Njoman Gede Suweta, M.H., diberi "panggung" menyampaikan sambutan pada Apel Bendera Hari Lahir Pancasila di SMK Pariwisata Dalung (PRADA), Badung, Rabu (1/6). SMK PRADA merupakan Laboratorium Pancasila yang dikembangkan oleh GPP Bali.

Suweta menjelaskan, Pancasila bersumber dari kandungan nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang digali oleh Bung Karno selama 25 tahun. Hasil dari penggalian tersebut, disampaikan Bung Karno dalam pidato di depan Sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945.

"Itu kemudian dikenal dengan Hari Lahir Pancasila. Pancasila yang berarti lima dasar atau azas, telah disepakati oleh founding fathers sebagai dasar negara. Di atas lima dasar itulah didirikan negara Indonesia yang kekal dan abadi," tuturnya.

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan landasan filosofis dan juga pandangan hidup bangsa Indonesia, kata dia, dikagumi dan diakui oleh dunia internasional sebagai sesuatu yang bersifat universal. Oleh karena itu, sangat wajar dan bahkan sudah menjadi keharusan bagi setiap rezim atau penerima mandat sebagai pengelola negara atau pemerintahan baik masa Orla, Orba maupun orde reformasi menyatakan dan berusaha menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pedoman dalam setiap kebijakannya.

Di hadapan guru dan siswa SMK PRADA, Suweta mengakui, mempraksiskan Pancasila dalam hidup sehari-hari belum sepenuhnya dapat dilakukan. "Gerakan reformasi misalnya, yang pada awalnya menebar harapan, belum mengubah apapun kecuali hiruk-pikuk perebutan kekuasan. Sampai saat ini reformasi tidak memberi arah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi melahirkan kelompok elite pemilik modal yang menjadi penguasa politik dan ekonomi," tandasnya.

Ia menambahkan, kekuatan modal dan kekuasaan politik pada akhirnya menyandera demokrasi permusyawaratan/ perwakilan sebagaimana dimaksudkan dalam nilai-nilai Pancasila. "Kita tidak perlu heran jika setiap kontestasi pilitik pemenangnya adalah orang orang yang modalnya kuat," tegas Suweta.

Kendati demikian, ia bersyukur, karena akhir-akhir ini kesadaran untuk mengembalikan Pancasila sebagai jiwa dan roh serta rambu-rambu kehidupan berbangsa kembali bergelora. Apalagi pemerintah telah secara resmi menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

Walau demikian, Suweta mengajak para siswa tersebut dan masyarakat secara umum, untuk tidak boleh lengah. Sebab, ideologi yang sejak semula tidak sejalan bahkan bertentangan dengan Pancasila, kini berusaha bangkit.

"Libralisme dengan paham ekonomi kapitalisme dan fundametalisme sektarian akhir-akhir ini menunjukan gejala kebangkitannya. Bahkan cenderung akrab dengan kalangan pemangku kebijakan pengelola negara, sehingga sangat potensial mencabut prilaku masyarakat dari kepribadian Pancasila," urainya.

Di bidang pendidikan misalnya, demikian Suweta, makin banyak ditemukan lembaga pendidikan kebarat-baratan dengan label international yang kehilangan ke-Idonesiaan-nya.

"Di bidang politik, kebijakan, garis dan arah perjuangan parpol dikuasai oleh pemilik modal, sedangkan kader partai hanya berperan sebagai pelengkap suara, bagaikan barisan angka-angka semata. Jelas kondisi ini cukup memprihatinkan kita," pungkas Suweta. san


Komentar

Berita Terbaru

\