Profesor Lasmawan: Trilogi Pendidikan Membentuk Karakter Kejujuran Siswa
Rabu, 18 Mei 2016
00:00 WITA
Buleleng
4114 Pengunjung
suaradewata
Buleleng, suaradewata.com – “Aktivitas instruksional guru dan komitmen melaksanakan tugas pada kedirian guru sangat berpengaruh langsung terhadap terbangunnya sifat-sifat dan perilaku jujur siswa,” kata Profesor Dr. I wayan Lasmawan, M.Pd selaku Pembantu Rektor II Undiksha Singaraja, Rabu (18/5/2016).
Menurut Prof Lasmawan, proses pembentukan pribadi jujur di sekolah tidak bisa dilakukan secara instan. Sebab, seluruh prosesnya harus dilakukan berkesinambungan dan terukur.
Sehingga, lanjutnya, guru diharapkan mampu menstimulasi kejujuran diri siswa melalui pembelajaran sehari-hari, baik guru mata pelajaran atau guru bimbingan konseling. Dikatakan, melalui kegiatan instruksional yang merefleksikan kejujuran akan menginspirasi siswa untuk berpikir, bersikap dan berbuat jujur.
Membangun mental jujur siswa-siswi menghadapi ujian termasuk ujian nasional, maka pengembangan kejujuran diri harus dilakukan berkelanjutan. Menurut Lasmawan peran guru sebagai tenaga pendidik akan berpengaruh besar kepada pembangunan mental kejujuran siswanya.
Menurut Prof Lasmawan, pasca berlangsungnya Ujian Nasional (UN) diberbagai tingkatan sekolah sejatinya merupakan evaluasi pendidikan bersifat holistik, sistemik, dan menyeluruh.
Proses evaluasi dilakukan guru pendidik dan sekolah melalui ujian sekolah. Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui UN. Prof Lasmawan menilai, konstruksi tersebut berkaitan dengan tiga ranah penilaian seperti kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dia mengatakan, UN hanya mengukur aspek kognitif. Sedangkan ranah afektif dan psikomotor diukur melalui evaluasi internal yang dilakukan guru dan sekolah.
“Berdasarkan fakta tersebut untuk membangun insan yang berkarakter jujur menghadapi UN, dasarnya adalah bagian tanggungjawab dari trilogi pendidikan nasional yakni sekolah, masyarakat dan pemerintah,” ujar paparnya.
Dikatakan, penanaman karakter kejujuran tersebut bertujuan untuk menancapkan keyakinan bahwa Ujian Nasional bukanlah rintangan, melainkan sebuah gerbang yang harus dilalui setelah 3 tahun menempuh pendidikan di sekolah.
Hal terpenting dari UN bukan berlomba meraih peringkat tertinggi, kata Prof Lasmawan, melainkan sebuah tes sebagai tolak ukur atas kemampuan diri siswa sendiri menuju ke jenjang pendidikan dan karir lebih tinggi.
Sementara itu, di masyarakat penumbuhan kejujuran siswa dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan sosial dan budaya yang merefleksikan praktek kejujuran. Hal terpenting baik di dalam skala keluarga, lingkungan banjar, desa dan interaksi sosial lebih luas.
“Tidak akan berguna pendidikan dan pelatihan kejujuran di sekolah manakala siswa keluar pintu gerbang sekolah mereka menemukan praktek-praktek yang tidak merujuk pada peneguhan jiwa kejujuran di sekolah,” pungkasnya. (adi)
Komentar