PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Menangkan MEA Dengan Nasionalisme

Kamis, 07 April 2016

00:00 WITA

Nasional

3349 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Opini, suaradewata.com- Memasuki awal tahun 2016 ini, Indonesia bersama negara-negara ASEAN lainnya secara resmi akan menghadapi pasar global melalui organisasi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sejak lama telah dikonsepkan oleh para pemimpin-pemimpin negara di ASEAN. Di mana secara khusus akan mengubah ASEAN menjadi daerah perdagangan bebas yang mencakup barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan aliran penanaman modal sebebas-bebasnya. Dengan kata lain, investasi, barang maupun jasa akan bebas keluar masuk negara-negara di ASEAN.

Kehadiran konsep ini sendiri menghendaki adanya persaingan yang sempurna antara pelaku usaha melalui mekanisme pasar bebas yang melibatkan negara-negara anggotanya.Kebijakan ini diberlakukan dengan harapan dapat mengangkat kualitas perekonomian di negara-negara ASEAN, agar bisa bersaing di tingkat Internasional. Selain itu, dengan adanya sistem pasar bebas tersebut diharapkan dapat membentuk kesatuan komunitas ekonomi yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi. Bahkan sistem ini juga diperkirakan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya.

Konsep perdagangan bebas ini memang sangat baik dan perlu diadakan, sebagai bentuk optimisme dari negara-negara ASEAN. Namun era pasar bebas ASEAN ini juga menimbulkan polemik di kalangan masyarakat, khususnya Indonesia. Terutama dengan diberlakukannya MEA, muncul pertanyaan, apakah negara kita mampu untuk bersaing dan mencapai tujuan dari MEA itu sendiri. Apalagi melihat kondisi dan kesiapan Indonesia saat ini, yang dinilai banyak pihak belum siap untuk menghadapi MEA.

Ditambah dengan kondisi jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di ASEAN, menjadikan Indonesia sebagai target potensial pasar perdagangan bebas tersebut. Hal ini ditegaskan juga dari pernyataan Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya dalam seminar umum dengan tema “MEA : Antara Nasionalisme dan Pasar Bebas Tenaga Kesehatan” di Jakarta. Ia menyatakan bahwa  dengan kondisi jumlah penduduk ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa (9,5 persen penduduk dunia), sebanyak 43 persennya ada di Indonesia. Sehingga tidak heran jika Indonesia akan menjadi pasar utama yang besar untuk arus barang dan investasi.

Bahkan rilis mengenai laporan PBB terkait proyeksi penduduk global memproyeksikan bahwa pada tahun 2050 populasi dari enam negara diperkirakan akan melebihi 300 juta, salah satunya adalah Indonesia. Hal ini tentunya akan semakin menarik pasar bagi berbagai produsen dan pebisnis di seluruh dunia pada masa mendatang. 

Kondisi seperti ini tentunya menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk menghadapi dan bersaing dalam pasar bebas ASEAN. Apabila tidak siap maka Indonesia hanya akan menjadi target pasar dari negara-negara ASEAN lainnya yang sudah lebih siap. Namun sebaliknya, peluang muncul apabila bangsa Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN mampu mengolah sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya agar laku di pasar MEA dan menguasai perdagangan di ASEAN sehingga menguntungkan bagi perekonomian Indonesia.

Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan tersebut, maka Indonesia harus memiliki strategi untuk memenangkan persaingan dalam pasar bebas regional ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk memenangkan MEA tersebut adalah melalui sikap nasionalisme terhadap negara. Para pelaku usaha lokal disamping harus mampu meningkatkan kualitas, juga perlu memanfaat sumber daya lokal atau dalam negeri sehingga mampu menekan biaya produksi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Tidak hanya dari pelaku usaha, masyarakat pun turut membantu dengan menghargai dan mencintai produk-produk dalam negeri. Sikap menghargai produk lokal merupakan bentuk sikap nasionalisme yang penting dilakukan oleh masyarakat maupun pelaku bisnis Indonesia apabila ingin memenangkan persaingan di MEA.

Dengan masyarakat yang berpikir untuk menggunakan produk dalam negeri maka akan membantu percepatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Sebaliknya, jika lebih sering mengonsumsi barang impor, maka akan memberikan kesempatan bagi negara lain untuk lebih maju dalam hal ekonomi dibanding negaranya sendiri, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menjerumuskan Indonesia dalam penjajahan negara lain melalui mekanisme ekonomi.

Apabila rasa bangga dan percaya diri terhadap produk dalam negeri ini dapat ditanamkan dan dilaksanakan maka bukan tidak mungkin Indonesia akan memenangkan persaingan dalam MEA nanti, mengingat jumlah penduduk kita yang sedemikan besar dibandingkan negara-negara lainnya di ASEAN. Dengan demikian, masyarakat Indonesia akan lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi MEA.

Iboy Sandi, Pengamat Internasional


Komentar

Berita Terbaru

\