PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Sejumlah KK Di Kecamatan Tejakula “Jauh” Dari Program Pemerintah

Senin, 04 April 2016

00:00 WITA

Buleleng

4440 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com – Setelah potret kehidupan warga yang puluhan tahun tak memiliki akses jalan di Desa Gerokgak, gambar memilukan disela sejumlah program kesejahteraan pemerintah di Kabupaten Buleleng kembali muncul di timur bumi Panji Sakti yakni Dusun Silagading, Desa Gretek, Kecamatan Tejakula.

Lebih dari tiga Kepala Keluarga yang hidup dibawah garis kesejahteraan serta jauh dari sejumlah program pemerintah seperti program beras raskin, dan bedah rumah. Padahal, kondisi tempat tinggal mereka sungguh sangat memprihatinkan bahkan jauh dari sejahtera. Salah satunya adalah pasangan suami istri Nyoman Darta (50) dan Nengah Kerti (40).

Dusun Silagading merupakan salah satu kawasan yang keberadaannya dekat dengan perbatasan sisi timur Kabupaten Buleleng. Dusun Silagading berada hampir dua kilometer masuk ke selatan dari jalan utama wilayah Kecamatan Tejakula tepatnya sisi timur Desa Sambirenteng.

Darta memiliki enam orang anak yang tiga diantaranya tinggal bersama di sebuah rumah berdinding anyaman bambu. Empat anaknya yakni Ketut Purtini (25), Komang Ardana (8), Nengah Sana (6), dan Luh Sani (5). Salah satu anaknya yakni Gede Minggu (20) sebelumnya pun tinggal di rumah tersebut setelah memutuskan untuk bekerja serabutan di Kota Singaraja. Sedangkan satu orang lagi yakni Nyoman Pastiasih (30) kini telah tingga bersama suaminya di Desa Bondalem.

Keseharian Darta hanya sebagai pembuat tuak dan bertugas memelihara tiga ekor sapi milik orang lain. Sedangkan sang istri pun hanya bekerja membuat gula dan terkadang memunggut lembar daun pohon Enau (bahan Rontal) untuk dijual ke pasar.

Penghasilan sehari tak lebih dari 50 ribu dan mereka pun telah puluhan tahun hidup meramu sayur mayur yang tumbuh di kebun milik orang lain dan dipercayakan untuk merawat.

Ironisnya, tak satu pun dari mereka yang pernah mengenyam bangku sekolah dan pendidikan gratis. Bukan karena tidak mau, sebab untuk makan pun mereka betul-betul harus bekerja membanting tulang. Memasak pun tidak pernah mengenal alat masak modern layaknya banyak masyarakat di  Kabupaten Buleleng.

Dapur yang letaknya terpisah dari rumah pun hanya beratap ilalang kering dan berdinding anyaman daun kelapa tersebut cuma beralaskan tanah. Satu kelengkapan memasak yang paling mencolok adalah sebuah tungku kayu bakar yang digunakan untuk memasak kebutuhan makan keluarga tersebut.

Tak jauh dari dapur adalah tempat tempat tinggal yang bentuknya nyaris tak jauh berbeda dengan kondisi dapur. Mereka tinggal diatas tanah hak milik mereka seluas 6 are.

“Sekolahnya memang gratis tapi buku tulis, seragam sekolah, tas, sepatu dan kebutuhan belajar lain itu harus dibeli. Belum lagi uang saku karena sekolah jaraknya hampir 2 kilometer dari rumah,” ujar Darta yang tampak pasrah dengan kondisi keenam anaknya itu.

Menurut pengauan Darta, tak satu pun anak-anak mereka pernah mengenyam bangku sekolah akibat kebutuhan belajar yang tak mampu terbeli. Bahkan bukan hanya keenam orang anaknya, ia sendiri pun tidak pernah sama sekali mengetahui seperti apa proses belajar mengajar di sekolah.

Sederatan nama keluarga yang kondisinya tak jauh berbeda dengan keluarga Nyoman Darta. Seperti Dadong Care dan Nyoman Mangku Alit alias Mangku Jangkung yang juga tinggal di kawasan Dusun Silagading.adi


Komentar

Berita Terbaru

\