Solo dan Nganjuk, Diskriminasi ODHA,?
Sabtu, 05 Maret 2016
00:00 WITA
Denpasar
5965 Pengunjung
suaradewata.com
Denpasar, suaradewata.com – Dijaman seperti sekarang masih ada kota di Indonesia yang diduga diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal itu terungkap saat Wijiyanto alias Cak Gareng,33 asal Nganjuk, Jawa Timur dan divonis menderia HIV/AIDS berdiskusi dengan ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Bali, Fakultas Kedokteran, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), KPA Kota Denpasar, di Aula Fakultas Kedokteran Unud, Sabtu (05/03/2016).
Seperti di ketahui, Cak Gareng divonis HIV sejak tahun 2011 akibat penggunaan jatum suntik narkoba yang tidak steril. Atas vonis itu Cak Gareng tidak patah semangat, justru kini dia menjalankan misi kemanusiaan dengan rela keliling indonesia dengan jalan kaki guna menyuarakan anti diskriminasi terhadap ODHA serta mengkampanyekan pencegahan penularan HIV.
Dalam diskusi dengan di Unud itu, Cak Gareng yang berangkat dari Yayasan Pelita Ilmu di Jakarta pada tanggal 7 November 2016 kini sampai di Bali dan akan dilanjutkan ke wilayah Indonesia lainnya. Dalam diskusi di Unud tersebut di mengaku selama beberapa bulan menempuh perjalanan dari Jakarta hingga Denpasar masih ada dua kota di Indonesia yang masih melakukan diskriminasi terhadap para ODHA. Kedua kota tersebut yakni Solo dan kota asalnnya Nganjuk.
Di Solo masih menurut Cak Gareng dia melihat langsung dan bertemu dengan 9 orang penderita HIV Aids. “Lokasi persisnya di Pasar Kliwon Kota Solo,” ucapnya. Dari 9 penderita tersebut, usia termuda adalah anak-anak yakni 1,5 tahun yang diketahui tertular dari orang tuanya. "Mereka sedikit terisolir. Warga sekitar belum bisa menerima mereka. Bahkan, ada beberapa pamflet atau plang tertempel, Solo bukan kota penderita HIV Aids. Ini benar-benar menyedihkan. Kami terdiskriminasi disana," ujarnya. Pengakuan itu membuat perserta diskusi terkesima. Dan bahkan ada yang nyeletuk, "kampung Jokowi diskriminasi terhadap penderita HIV Aids," peserta diskusi.
Yang lebih membuatnya miris, selain Kota Solo, kotanya sendiri yakni Nganjuk, Jawa Timur tidak jauh berbeda. Kata dia saat memasuki kota kelahirannya itu, Cak Gareng merasa sendiri di tengah kota. Padahal dirinya asli Nganjuk. "Saya ini orang asli Nganjuk. Namun saat saya tiba disana, tidak ada orang bertegur sapa. Jangankan IAKMI, KPA, atau aktifis. Teman-teman saya saat kecil pun tidak ada yang mendekat. Mereka menjauhi saya," ujarnya. Selama di Nganjuk, satu-satunya orang yang masih menerimanya adalah ayah kandungnya sendiri. Saat bertemu ayahnya, Cak Gareng menjelaskan jika dirinya positif HIV Aids. ids
Komentar