ONE BILLION RISING BALI 2016, "Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak"
Minggu, 14 Februari 2016
00:00 WITA
Denpasar
5044 Pengunjung
suaradewata.com
Denpasar, suaradewata.com - Krisis ekonomi dalam Negeri yang melanda indonesia saat ini akibat laju krisis ekonomi global yang diakibatkan oleh kapitatis monopoli yang makin kronis, dipicu oleh tiga faktor utama yaitu "Monopoli atas lahan dan tambang yang makin luas dan ketergantungan atas Import, Meningkatnya utang Negara dan swasta mencapai 1,780 Trilliun, serta politik upah murah yang kian menjerat kehidupan pekerja", sehingga memiliki dampak buruk terhadap masyarakat. Krisis ekonomi ini juga berdampak langsung kepada angka pengangguran yang semakin meningkat.
Badan Pusat Statistik mencatat antara Febuari 2014-Febuari 2015 jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang sehingga total mencapai 7,45juta orang. Dengan kondisi krisis ini akan selaras dengan jumlah kemiskinan yang semakin meningkat, pada tahun 2015 angka kemiskinan mencapai lebih dari 1,2juta hingga 1,5 juta orang. Dampak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia terhadap perempuan beraneka ragam, diantaranya adalah angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin meningkat.
Kemiskinan menjadi sumber utama kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia. Jumlah kasus kekerasan terhadap anak setiap tahun semakin meningkat dari tahun 2011- 2014 : Tahun 2011 terjadi 2117 kasus, tahun 2012 terjadi 3512 kasus, 2013 terjadi 4311 kasus, tahun 2014 terjadi 5066 kasus. Sedangkan Kasus kekerasan terhadap anak di Provinsi Bali dari bulan Januari hingga November 2015 sebanyak 368 kasus anak berhadapan dengan hukum, baik anak sebagai korban, pelapor , pelaku dan saksi. Baru-baru ini Bali digemparkan dengan kematian tragis seorang anak SD Engeline yang menyita perhatian banyak media baik media nasioanl maupun Internasional. Hal ini membuktikan bahwa Bali yang menjadi tujuan wisata baik wisatawan domestik maupun internasional tidak lepas dari praktik kekerasan terhadap anak.
Berdasarkan data pengaduan masyarakat ke LBH Bali, tahun 2013 kasus perempuan sebanyak 36 dan kasus anak sebanyak 56, tahun 2014 kasus perempuan sebanyak 22 dan kasus anak sebanyak 27, sedangkan di tahun 2015 kasus perempuan sebanyak 30 dan kasus anak sebanyak 27 kasus. Tingginya angka kekerasan Perempuan dan Anak di lndonesia khususnya di Bali berbanding terbalik dengan akses dan fasilitas penangananya yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Bali, walaupun telah ada kebijakan Visum terhadap anak korban dan perempuan sebagai korban digratiskan serta telah disahkan Peraturan Daerah (Perda) Bali yang mengatir Perlindungan Anak di Bali pada 2014, namun akses dan fisilitas tidak memadai.
Atas situasi tersebut berbagai kalangan masyarakat sipil berinisiatif untuk bangkit dan bergerak bersama dalam satu wadah yaitu One Billiong Rising sebagai media untuk mengkampanyekan berbagai persoalan yang di hadapi oleh masyarakat khususnya bagi perempuan dan anak. One Billion Rising (OBR) adalah gerakan global untuk mengajak masyarakat luas untuk menolak kekerasan terhadap perempuan dan anak, ajakan ini berbentuk tarian secara bersama-sama yang secara umum di peringati pada tanggal 14 Februari.
Di Bali, OBR di adakan sejak tahun 2013 oleh kalangan komunitas seni dan pemerhati isu penolakan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Untuk tahun 2016 ini, OBR Bali mengadakan beberapa rangkaian kegiatan yaitu OBR goes to Kampus, OBR goes to School, On Air Radio, Nonton Bareng Muteran Film, Konferensi Pers dan kegiatan puncak diadakan di Renon. Tema OBR tahun ini "Peran Perempuan Terhadap Perubahan Sistem" tema ini mengambil dari situasi perempuan yang terjadi di Indonesia.ids
Komentar