Mepepada Di Pura Penataran Agung Bangli
Jumat, 05 Juni 2015
00:00 WITA
Bangli
3344 Pengunjung
Bangli, suaradewata.com -Serangkaian Karya Memungkah, Labuh Gentuh, Ngenteg Linggih Lan Nubung Pedagingan yang dilaksanakan di Pura Penataran Agung Bangli, umat setempat melaksanakan berbagai ritual sebelum puncak karya dilaksanakan tanggal 10 Juni mendatang. Salah satunya, ritual mepepada alit dan mepepada agung. Upacara ini, dilakukan untuk membersihkan atau mensucikan puluhan hewan yang nantinya akan dipergunakan sebagai sarana upakara. Menariknya, dalam pemotongan hewan kurban tersebut, berlangsung dengan nuansa sakral karena menggunakan salah satu senjata pusaka kerajaan Bangli.
Menariknya, sebelum ritual mepepada dilakukan, diiringi gamelan bale ganjur pesemotonan Puri Agung Bangli terlebih dahulu mendak pejenengan yang merupakan salah satu senjata pusaka kerajaan Bangli kuno yang selama ini disimpan di Pura Rum, tidak jauh dari Pura Penataran. Senjata ini, nantinya yang akan dipergunakan untuk melakukan prosesi nuek kerbau. Sementara, puluhan hewan yang akan dipergunakan sebagai sarana upacara berupa kerbau, sapi, kambing, angsa, bebek, ayam dan babi serta sejumlah hewan kurban lainnya disucikan terlebih dahulu. Semua hewan yang akan dikurbankan awalnya dihias sedemikian rupa dan diperciki tirta (air suci). Selanjutnya, hewan persembahaan ini diarak keliling tiga kali mengitari areal upacara.
Nuansa magis dan sakral terasa dalam ritual ini. Terutama saat nuek kerbau atau pemotongan kerbau dilakukan. Sebab, dalam pemotongan hewan yang akan dipergunakan upacara ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Dengan menggunakan senjata pusaka kerajaan Bangli tersebut, pemotongan kerbau dilakukan seoarang pemangku. Sorak sorai mewarnai saat pemotongan tersebut dilakukan, sebagai pertanda kegembiraan sekaligus semangat umat untuk melaksanaan karya secara gotong royong.
Menurut Kelian Adat Puri Agung Bangli A. A. Alit Ardanatha didampingi Panglima Adat Pri Agung Bangli, A. A. Gede Ngurah tujuan dari ritual mepepada selain untuk mensucikan semua hewan kurban sekaligus juga untuk menetralisir alam semesta beserta isinya dari pengaruh negative. Selanjutnya, usai prosesi mepepada hewan-hewan tersebut disemblih. Kulitnya, untuk bayang-bayang dan dagingnya diolah sebagai sarana sesajen. “Hasil olahan hewan kurban ini, akan dipergunakan saat labuh gentuh, yang dilakukan sehari setelah mepepada alit dilaksanakan. Tujuannya tiada lain, untuk pembersihan dan mengembalikan kesucian pura setelah dilakukan pemugaran,” tegasnya.
Puncak karya di Pura Penataran Agung sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 10 Juni mendatang. Sebelum itu, berbagai ritual juga akan kembali dilaksanakan. “Sehari setelah upacara labuh gentuh, saat ini (jumat tanggal 5 Juni ini) kami melaksanakan penyepian di Pura. Selanjutnya, tanggal 7 Juni dilaksanakan melasti ke pantai Watu Klotok. Tangal 8 Juni, mepepada Agung dan Puncak karya tanggal 10 Juni. Betara nyejer selama 11 hari dan penyineban dilakukan tanggal 21 Juni mendatang. “Karya yang berlangsung sekarang baru bisa kita lakukan setelah 37 tahun pelaksanaan karya yang sama tahun 1978,” pungkasnya. ard
Komentar