PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Dilanda Kekeringan Panjang, Pertanian dan Ternak Warga Madya Terancam

Rabu, 21 Oktober 2015

00:00 WITA

Bangli

2743 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Bangli, Suaradewata.com – Dampak kemarau ekstrem yang terus berkepanjangan benar-benar telah membuat masyarakat diwilayah Balik Bukit Kintamani, Bangli semakin menjerit. Pasalnya, selain menyebabkan krisis air bersih, juga menyebabkan sektor pertanian khususnya peternakan milik warga setempat menjadi terancam. Salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak kemarau, yakni di dusun Madya, Desa Terunyan.

Kadus Madya, I Wayan Besar saat dihubungi Rabu (21/10/2015) mengakui kemarau panjang telah menyebabkan berbagai kesulitan menimpa warganya. “Dibidang pertanian, sejak musim kemarau melanda warga kami sudah mulai tidak bisa melakukan tanam bawang dan cabai. Kami, kini kanya bisa mengandalkan peternakan sapi saja,” ungkapnya. Hanya saja belakangan, lanjut dia, peternakan warga juga mulai terancam lantaran tidak mendapat pakan yang memadai.

Saat ini masyarakat sangat kesulitan mencari pakan ternak karena rerumputan untuk pakan ternak juga kering kerontang. “Saya juga memelihara tiga ekor sapi. Saat ini, kerena keterbatasan rumput hijau, terpaksa diberi makan rumput kering,” jelas Wayan Besar. Dampaknya, diakui, pemberian rumput kering tersebut menyebabkan pertumbuhan ternak menjadi lambat.  Karena itu, sejumlah peternak terpaksa menjual ternak sapinya untuk mengurangi resiko kerugian. “Uang hasil penjualan ternak biasanya disimpan, dan rencananya akan digunakan kembali untuk beli ternak setelah musim kemarau berlalu,” jelasnya.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, dijelaskan, warga terpaksa turun mengambil air danau Batur. “Untuk kebutuhan sehari-hari, warga kami juga mengalami kesulitan mendapatkan air karena cadangan air cubang juga sudah habis karena kemarau. Karena itu, masyarakat terpaksa turun ke danau mengambil air dengan jarak tempuh yang sangat jauh,” bebernya. Untuk bisa mendapatkan air bersih, warga terpaksa menempuh jarak  berkisar 7-8 kilometer dengan jalan kaki melalui jalan setapak dan berbukit.  Kondisi menyulitkan ini, nyatanya biasa dialami warga setempat saat kemarau. Karena itu, warga pun hanya bisa pasrah dan berharap agar musim kemarau segera berlalu.ard


Komentar

Berita Terbaru

\