Krisis Air Bersih Meluas, Balik Bukit Tak Tersentuh
Selasa, 01 September 2015
00:00 WITA
Bangli
2178 Pengunjung
Bangli, suaradewata.com– Dampak kemarau yang diperkirakan akan terjadi hingga bulan Desember mendatang, telah menyebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Bangli meluas. Sesuai data laporan permohonan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli, krisis air bersih kini mulai dirasakan di beberapa Dusun di Desa Suter, Desa Abang Batudinding Kintamani dan sejumlah Dusun di Desa Yangapi Kecamatan Tembuku. Selain itu, krisis air bersih di kawasan wilayah Balik Bukit sampai saat ini belum bisa ditanggulangi karena medan yang sulit ditempuh.
Kepala BPBD Bangli I Wayan Karmawan saat ditemui Selasa (1/9/2015), mengakui sejak beberapa pekan terakhir mulai banyak permintaan masyarakat untuk mendapatkan bantuan air bersih akibat krisis air yang dialami. Berdasarkan data terakhir, daerah yang mengajukan permohonan suplai air, yakni Dusun Palaktiying Desa Landih Kecamatan Bangli, Dusun Puseh Desa Trunyan, Dusun/Desa Bantang, Dusun Alengkong Desa Songan A Kecamatan Kintamani dan Dusun Sidaparna serta Dusun Penaga Desa Yangapi. “Krisis air semakin meluas. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya permohonan suplai air bersih,” jelasnya didampingi Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bangli, I Ketut Agus Sutapa.
Sejauh ini, pihaknya juga mengaku sudah melakukan beberapa kali suplai air bersih ke wilayah yang bisa dijangkau. Dimana, suplai dilakukan setelah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan aparat desa. “Mana yang lebih memerlukan, itu yang kami suplai terlebih dahulu. Sejak beberapa pekan terakhir, kami sudah rutin suplai air. begitu juga dengan provinsi yang mengirim setiap minggu,” paparnya.
Dalam pendistribusian air tersbeut, pihaknya juga bekerjasama dengan BPBD Provinsi Bali, Dinsos, Dinas PU, Dinas Tata Kota, PDAM Bangli. Hanya saja untuk wilayah balik bukit yang juga mengalami krisis air bersih sejak bertahun-tahun, diakui masih dicarikan solusi untuk menanggulanginya. Sebab, untuk mencapai wilayah tersebut satu-satunya akses yang mungkin bisa dilalui harus melewati jalur Buleleng. “Untuk suplai air ke balik bukit masih kami carikan solusi. Medan kesana berat. Jangan sampai niatnya membantu, justru kita dibantu karena medannya yang terjal,” sebutnya. Meski demikian, pihaknya tetap berjanji akan berupaya segera menanggulangi persoalan krisis air di wilayah pegunungan Kintamani itu. Rencananya, pihaknya akan melakukan uji coba terlebih dahulu dengan satu tangki, untuk ke balik bukit. “Jika tidak memungkinkan melalui jalur tersebut, kemungkinan bisa melewati jalur Buleleng,” sebutnya.
Selama ini, warga daerah dibalik bukit ini biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada pula yang memanfaatkan air Danau Batur dengan cara diangkat dengan mesin. Hanya saja, kondisi yang dikonsumsi masyarakat setempat jauh dari layak. ard
Komentar