Membangun Masa Depan Ekonomi Hijau Langkah Strategis Indonesia Menuju Keberlanjutan
Kamis, 06 Maret 2025
18:35 WITA
Nasional
1056 Pengunjung

Ekonomi Hijau
Oleh: Agus Soepomo )*
Indonesia tengah berada di jalur yang tepat dalam mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Berbagai kebijakan dan inisiatif terus digencarkan guna memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga selaras dengan keberlanjutan lingkungan. Salah satu langkah strategis yang mendapat sorotan adalah implementasi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), yang menjadi solusi inovatif dalam mengurangi emisi karbon tanpa menghambat pembangunan industri.
Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8% tetap harus memperhatikan aspek keberlanjutan. Menurutnya, teknologi CCS merupakan pendekatan yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga memperkuat daya saing industri nasional. Dengan kapasitas penyimpanan geologi yang luas, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat CCS di Asia, sekaligus menarik investasi asing yang mendukung pengembangan teknologi ini.
Dalam workshop yang digelar Kemenko Perekonomian, berbagai aspek terkait CCS dibahas secara mendalam. Regulasi yang mendukung, skema insentif, serta mekanisme perdagangan karbon menjadi fokus utama dalam upaya mempercepat penerapan teknologi ini. Pemerintah juga menyoroti pentingnya kerja sama lintas negara, khususnya dengan Singapura, guna mengembangkan model bisnis CCS yang efisien dan berkelanjutan. Kolaborasi dengan perusahaan energi seperti Pertamina dan ExxonMobil menjadi langkah strategis untuk membangun ekosistem CCS yang kompetitif di tingkat global.
Selain CCS, Indonesia juga mendorong berbagai inisiatif lain dalam mendukung transisi energi bersih. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), pengembangan bahan bakar nabati seperti biodiesel dan bioethanol, serta penguatan ekosistem kendaraan listrik menjadi langkah nyata pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Dalam hal ini, dukungan regulasi menjadi kunci utama, termasuk melalui Perpres Nomor 112 Tahun 2022 yang menargetkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.
Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa CCS juga memberikan nilai tambah ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya geologi yang dimiliki Indonesia. Ia menjelaskan bahwa dengan potensi besar dalam perdagangan karbon, skema seperti Skema Karbon Nusantara (SKN) dapat semakin diperkuat guna meningkatkan daya tarik investasi di sektor ini. Dalam jangka panjang, pengembangan CCS tidak hanya berkontribusi pada pencapaian target dekarbonisasi industri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan daya saing industri nasional.
Secara global, tren investasi hijau semakin menguat. Global Sustainable Investment Alliance mencatat bahwa pada tahun 2023, aset investasi berkelanjutan telah mencapai USD 35,3 triliun, mencerminkan meningkatnya minat dunia terhadap ekonomi hijau. Indonesia pun tak ingin tertinggal. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2024-2045, visi Indonesia Emas 2045 mencakup transformasi ekonomi yang berbasis pada keberlanjutan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki komitmen jangka panjang dalam membangun ekosistem bisnis yang ramah lingkungan.
Untuk memastikan keberhasilan ekonomi hijau, sejumlah langkah strategis perlu dilakukan. Penguatan regulasi menjadi prioritas utama, dengan memastikan sinkronisasi antara kebijakan ekonomi hijau dan investasi berkelanjutan. Reformasi kelembagaan juga harus diperkuat agar lebih efektif dalam mengelola program ekonomi hijau tanpa tumpang tindih. Optimalisasi perdagangan karbon menjadi hal yang tidak kalah penting, dengan memastikan harga karbon yang kompetitif dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam sektor ini.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian menilai bahwa investasi hijau bukan hanya tentang menghindari risiko lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Ia mengungkapkan bahwa dengan potensi menciptakan 25 juta lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan teknologi hijau, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk memimpin dalam transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Hijau Indonesia berpendapat bahwa keberhasilan transisi ekonomi hijau memerlukan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ia menekankan bahwa dukungan fiskal dan insentif bagi industri yang berinvestasi dalam energi hijau akan mempercepat perubahan ini. Selain itu, ia menyoroti pentingnya edukasi dan pelatihan tenaga kerja hijau dalam menciptakan ekosistem industri berkelanjutan.
Di tingkat daerah, pemerintah juga mulai mengembangkan kebijakan berbasis ekonomi hijau yang melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Program-program seperti pelatihan usaha ramah lingkungan, akses pembiayaan hijau, serta integrasi UMKM dalam rantai pasok industri hijau telah menunjukkan hasil positif. Gubernur Jawa Barat menyatakan bahwa peran UMKM sangat vital dalam ekonomi hijau. Menurutnya, inovasi produk berbasis bahan baku alami dan daur ulang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat lokal.
Tidak dapat disangkal bahwa tantangan masih ada dalam mewujudkan ekonomi hijau, namun dengan langkah-langkah strategis yang telah dirancang, Indonesia semakin siap untuk menghadapi perubahan global. Pemerintah telah menunjukkan keseriusannya dengan berbagai kebijakan yang mendorong investasi hijau, termasuk dengan memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral. Dengan visi yang jelas dan komitmen yang kuat, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pusat ekonomi hijau yang berkelanjutan dan kompetitif di tingkat global.
*) Konsultan Kebijakan Ekonomi - Forum Ekonomi Rakyat
Komentar