Wujudkan Ketahanan Pangan, Dewan Bangli Dorong Pemerintah Proteksi Petani
Senin, 20 Januari 2025
19:03 WITA
Bangli
1227 Pengunjung
Anggota DPRD Bangli, Ida Bagus Made Santosa. SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Anggota DPRD Bangli, Ida Bagus Made Santosa menegaskan untuk mewujudkan program ketahanan pangan, proteksi pemerintah kepada petani mesti diberikan untuk membantu para petani dalam menghadapi berbagai permasalahan. Hal tersebut diungkapkan IB Santosa saat rapat kerja antara Komisi III DPRD Bangli dengan Dinas PUPR Perkim Bangli dan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, Jumat (17/1/2025) belum lama ini.
Menurut anggota dewan dari Fraksi Golkar, sejauh ini kepedulian pemerintah terhadap petani masih minim. Terbukti, ketika panen raya justru kerap para petani dihadapkan dengan harga anjok sehingga petani mengalami kerugian. “Dalam hal ini, perlu peran pemerintah melindungi petani mulai dari hulu sampai hilir,” ungkapnya IB Santosa.
Karena itu, lanjutnya, ketika berbicara masalah ketahan pangan perlu adanya subsidi bagi petani. "Subsidi bisa dalam bentuk bantuan bibit dan pupuk serta membantu petani dalam pemasaran hasil pertanian," ujarnya Selain itu IB Santosa juga menyinggung masalah serbuan lalat khususnya di Kintamani yang belum ditangani secara kongkrit. Jika dibiarkan berlalrut-larut akan mengancam terhadap dunia pariwisata Kintamani yang saat sedang berkembang pesat. ”Pemerintah daerah seharusnya mengalokasikan anggaran yang cukup untuk menuntaskan masalah ini. Bila perlu menggandeng pihak ke tiga dalam menangani masalah ini , pemerintah jangan hanya sekedar wacana saja ,” tegasnya.
Sementara Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma mengatakan berbicara proteksi pemerintah terhadap petani telah dilakukan yakni di tahun 2024 kemarin pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk bantuan bibit. "Pemerintah pusat juga memberikan subsidi untuk pemenuhan pupuk organik bagi petani ,” jelasnya. Adapun tujuan pemberian pupuk bersubsidi adalah untuk menjaga agar harga pupuk di pasar tidak memberatkan petani, sehingga petani dapat meningkatkan hasil produksinya.
Sementara masalah penanganan lalat, kata Wayan Sarma, yang jadi pemicu serbuan lalat adalah penggunaan limbah ternak (kotoran ayam) secara langsung oleh petani untuk pupuk. Sejatinya untuk menangani permasalahan ini pihaknya sempat melakukan bintek dengan menggandeng beberapa kelompok tani namun hasilnya belum efektif. "Kami memilki rencana akan menggandeng akademisi dari Perguruan Tinggi untuk mencari solusi mengatasi serbuan lalat yang terjadi,” tandasnya.ard/adn
Komentar