Partisipasi Solusi Penanggulangan Sampah, K-Eco in South Korea Kunjungi DPRD Badung
Jumat, 09 Agustus 2024
10:28 WITA
Badung
1520 Pengunjung
Rapat kerja Pimpinan sementara DPRD Kabupaten Badung Putu Parwata bersama K-eco in South Korea di ruang rapat Pimpinan DPRD Kabupaten Badung, Kamis, (08/08/2024). sumber foto : ist/SD
Badung, suaradewata.com - Ketua sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Badung Putu Parwata menerima pihak Korean Environment corporation (K-eco) in South Korea di ruang rapat Pimpinan DPRD Kabupaten Badung, Kamis, (08/08/2024). Kehadiran K-Eco ini merupakan kunjungan balasan dari pihak South Korea dalam rangka partisipasi solusi penanggulangan sampah di kabupaten Badung.
Ketua sementara DPRD Kabupaten Badung Putu Parwata mengatakan K-Eco ini merupakan perusahaan BUMN pemerintah yang ada di Korea yang khusus membuat regulasi penanganan sampah. Pasalnya, pihaknya di DPRD Badung pada bulan Juni lalu telah melihat langsung ke Korea minus sampah atau kekurangan sampah.
"Jadi, beberapa perusahaan yang menangani sampah disana sampai kekurangan sampah, karena kita lihat regulasinya. Dari penghasil sampah rumah tangga, industri, umum dan lain sebagainya itu, destinasi destinasi itu clear semuanya," kata Putu Parwata kepada awak media.
Lebih lanjut ia mengatakan, per hari ini sampah di Badung menghasilkan 547 ton. Dan diharapkan akan bisa menampung 875 ton. Sehingga dengan demikian ini dicek terlebih dahulu.
"Jadi fakta yang terjadi di lapangan ini kita lihat dari hulu hilirnya berapa sampah, jadi sampahnya seperti apa, lalu akan dibuatkan regulasinya. Mereka akan melihat kenyataan sampah di Badung, berapa ton sampah yang ada di Badung," ujarnya.
Begitu regulasi dibuat, kata Parwata, baru penanganannya, karena tidak ujug-ujug membuat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) pembakaran. Sehingga bagaimana cara mengedukasi dari awal, dari sampah rumah tangga, hotel, villa , industri, UMKM itu dibuatkan regulasinya.
"Nah sehingga penanganan sampah ini menjadi demulti player, multi flayer efek ekonomi, lalu dibuatkan regulasinya, terakhir, ujungnya yang memang harus dibakar baru kita bakar. Tidak ujung ujung semua dibakar padahal mempunyai nilai ekonomi. Paham ndak, sampah ini kan mempunyai nilai ekonomi. Nah nilai ekonominya lah ini digali dulu sehingga betul residunya dibakar," pungkasnya.
Meskipun pun residunya dibakar, masih mempunyai efek multi flayer yang bisa digunakan untuk apa dan lain sebagainya. Dan inilah berkat kerja sama dengan luar negeri saling mengunjungi. Sehingga mendapatkan satu input yang bagus untuk bisa mengelola sampah di Badung.
"Jadi harapan kita ini akan bisa mewujudkan Badung clear and clean untuk sampahnya," imbuhnya.ang/adn
Komentar