PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Miriis.., Wayan Baru Prihatin Lihat Masyarakat Pejukutan Jual Sapi Demi Beli Air Bersih

Jumat, 26 Juli 2024

20:08 WITA

Klungkung

19437 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Wakil Ketua DPRD Klungkung I Wayan Baru. sumber foto : ars/SD

Klungkung, suaradewata.com- Desa Pejukutan menjadi salah satu desa di Nusa Penida yang tidak mendapatkan layanan air bersih. Di desa ini masyarakat harus membayar mahal untuk bisa menikmati air bersih. Bahkan harus menjual sapi demi bisa mendapatkan air di wilayah tersebut. Wakil Ketua DPRD Klungkung I Wayan Baru mengungkapkan mahalnya harga air bersih ini disebabkan karena tidak ada instalasi air bersih yang disambungkan ke desa tersebut.

Menurutnya, di rumah-rumah warga hanya ada tempat penampungan air hujan atau cubang yang pada musim-musim kemarau seperti saat ini tidak terisi air alias mengering. Untuk bisa menikmati air bersih masyarakat pun terpaksa membeli air bersih dengan harga Rp 300 ribu untuk satu tangki dengan ukuran 2.200 liter. Mereka harus menggunakan air tersebut dengan seirit mungkin karena jika habis maka mereka harus membelinya lagi.

Dalam sebulan masyarakat rata-rata harus menghabiskan tiga tangki untuk satu keluarga. Sementara disaat ada upacara adat kebutuhan air menjadi semakin tinggi bahkan hingga menghabiskan uang belasan juta hingga acara selesai. Hal ini menyebabkan masyarakat yang hendak melaksanakan upacara harus menjual sapinya hanya untuk membeli air bersih.

"Miris dan sedih di Desa Pejukutan masyarakat harus jual sapi untuk beli air yang sangat mahal. Desa Pejukutan seperti dianaktirikan dari dulu," jelas Wayan Baru Jumat (26/7).

Hal ini pun diakui oleh masyarakat Desa Pejukutan yakni I Wayan Gedan dan I Kadek Windra yang tinggal di Banjar Pejukutan. Menurutnya, disaat musim kering saat ini tidak ada hujan di Nusa Penida sehingga cubang-cubang menjadi kosong. Masyarakat pun harus membeli air ke penjual air tangki dengan harga Rp 300ribu per tangki. 

Rata-rata masyarakat dalam sebulan menghabiskan dua sampai tiga tangki per bulan. Itu pun sudah sangat mengirit air. "Harga air mobil tangki sangat mahal tapi terpaksa harus beli demi kebutuhan," tutur mereka. 

Wayan Baru pun berharap agar masalah krisis air yang tidak kunjung selesai sampai saat ini bisa segera diatasi. Mengingat air bersih ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang wajib dipenuhi pemerintah. "Kita sudah sampaikan masalah ini ke Kepala UPT Perumda Air Minum, tapi tidak juga ada respon. Kalau tidak bisa bekerja seharusnya digantikan saja dengan orang yang lebih bisa bekerja," Pinta Wayan Baru.

Sementara itu Direktur Perumda Air Minum Panca Mahottama Kabupaten Klungkung, I Nyoman Renin Suyasa saat dikonfirmasi mengakui jika Desa Pejukutan sampai saat ini belum teraliri air. Pihaknya mengaku sudah mengajukan Desa Pejukutan bersama Desa Tanglad dengan jumlah sambungan mencapai 1.100 titik dalam program Inpres tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Namun yang disetujui hanya 367 sambungan saja yang semuanya berada di Desa Tanglad. Hal ini disebabkan keterbatasan jaringan dan distribusi air yang hanya cukup untuk di Desa Tanglad saja. Menindaklanjuti keluhan masyarakat tersebut Nyoman Renin akan mengupayakan agar mendapatkan bantuan pusat untuk sambungan air bersih di wilayah Desa Pejukutan. "Kita berproses untuk usulkan lagi melalui bantuan Pusat," Ucap Nyoman Renin.ars/adn


Komentar

Berita Terbaru

\