Populasi Menipis, Harga Babi Kian Melambung, Dinas PKP Bangli Ingatkan Ini Ke Peternak
Jumat, 19 Juli 2024
16:36 WITA
Bangli
1398 Pengunjung
Kegiatan panen babi di salah satu peternakan rumahan di wilayah Bali. SD/Ist
Bangli, suaradewata com - Harga babi potong di kabupaten Bangli yang sebelumnya sempat anjlok, kian melambung. Salah satu pemicunya lantaran populasi babi kian menipis akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan banyak peternak merugi karena tingginya angka kematian. Kini, ditengah membaiknya harga babi tersebut, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) kabupaten Bangli, menghimbau masyarakat untuk tidak berlomba-lomba menambah populasi babi.
Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengakui kenaikan harga babi mulai terjadi sejak beberapa bulan terakhir. "Harga babi dikandang saat ini terbilang cukup bagus berkisar dari Rp 41 ribu/kg sampai Rp 43 ribu/kg untuk babi dengan berat 100 up. Karena break even point (BEP), kita hitung sekitar Rp 37 ribu per kg," ungkap Sarma, Kamis (18/7/2024). Sementara untuk babi dengan berat dibawah 90 kg, sesuai pantauannya dilapangan ada yang beli dengan kisaran Rp 39 ribu/kg sampai 40 ribu/kg. Itu pun harga di pasaran lokal.
Salah satu penyebabnya, kata dia, lantaran populasi babi turun drastis. Saat terjadi wabah, disebutkan populasi babi berkisar 74.000 ekor. Saat itu, jumlahnya kian turun, seiring tingginya kematian babi karena serangan wabah ASF. "Dulunya, kan sempat terjadi kematian babi akibat wabah ASF yang cukup besar. Itu, tidak bisa kita pungkiri. Namun dalam dua bulan terakhir, sudah terjadi penurunan angka kematian babi. Karenanya, belakangan masyarakat sudah mulai bergairah untuk menambah populasi ternak babi terutama yang beternak rumahan," ujarnya. Oleh sebab itu, populasi babi di kabupaten Bangli juga mulai bertambah. "Saat ini, tercatat populasi babi di kabupaten mencapai 85.271 ekor," akunya.
Terkait harga, kata Sarma, dipengaruhi mekanisme pasar. Dalam hal ini, pihaknya tidak bisa melakukan intervensi. Hanya saja, kecendrungan yang terjadi di masyarakat, melihat peluang harga naik, biasanya akan ikut ramai-ramai menambah populasi. "Padahal harga babi juga mengalami fluktuaktif. Sering harga babi juga rendah sekali. Dipengaruhi juga tingginya harga pakan," jelasnya.
Karenanya untuk mempertahankan tingginya harga tersebut, pihaknya menyarankan agar peternak tetap menjaga jumlah populasi agar tidak terlalu besar. "Yang perlu diperhatikan adalah daya dukung, termasuk harus memperhatikan faktor lingkungan agar tidak terjadi pencemaran. Jangan sampai karena harga tinggi peternak berlomba-lomba menambah populasi. Sebab, jika harga tinggi suatu saat pasti pada titik tertentu akan terjadi harga rendah. Karena kita tahu pasaran babi ini, lebih banyak terserap di pasaran lokal dan hanya didaerah tertentu saja terutama daerahnya non muslim. Beda halnya dengan sapi, pangsa pasarnya lebih luas," tandasnya mengingatkan.ard/adn
Komentar