PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Belajar Soal Subak, Delegasi China Kunjungi Jatiluwih dalam Rangkaian World Water Forum ke-10 di Bal

Minggu, 19 Mei 2024

22:50 WITA

Tabanan

1614 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Belajar Soal Subak, Delegasi China Kunjungi Jatiluwih dalam Rangkaian World Water Forum ke-10 di Bali. (ist)

Tabanan, suaradewata.com – Dalam rangkaian acara World Water Forum (WWF) ke-10 yang berlangsung di Bali dari 18 hingga 25 Mei 2024, delegasi Republik Rakyat China (RRC) yang dipimpin oleh Menteri Urusan Air, H.E. Mr. Li Gouying, mengunjungi Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali, pada Minggu (19/5/2024).

Delegasi yang terdiri dari delapan orang tersebut diterima oleh Manajer Operasional DTW Jatiluwih, I Ketut Purna, yang akrab dipanggil John. John mendampingi delegasi dalam meninjau terasering sawah yang berada di depan Jatiluwih Resto. Melalui penerjemahnya, Li Gouying mengungkapkan ketertarikannya terhadap sistem pengaturan air di persawahan Bali, khususnya di Desa Jatiluwih. Dia bertanya tentang cara pengaturan air untuk areal persawahan yang luas tersebut.

Menjawab pertanyaan tersebut, John menjelaskan tentang Subak, sebuah organisasi pengaturan air tradisional di Bali. "Subak telah dikenal masyarakat Bali sejak ratusan tahun yang lalu. Subak merupakan sistem swadaya masyarakat yang berfungsi mengatur pembagian air irigasi ke setiap petak sawah. Sistem ini dikelola secara berkelompok dan bertingkat dengan pembagian peran yang spesifik bagi setiap anggotanya," jelasnya.

Pembagian air dalam sistem Subak didasarkan pada luas petakan sawah. Semakin besar luas sawah, semakin banyak jatah air yang diterima. "Jumlah air ditentukan oleh luas sawah menggunakan alat ukur khas Subak," tambah John. Subak juga memiliki pura yang dinamakan Pura Bedugul, yang dibangun oleh pemilik lahan dan petani sebagai penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kemakmuran dan kesuburan menurut kepercayaan masyarakat Bali. Sistem irigasi ini diatur oleh seorang pemuka adat atau Pekaseh yang juga seorang petani di subak tersebut.

Menteri Li Gouying juga sempat menanyakan keberadaan Pura Bedugul, namun karena lokasinya jauh, John membawa rombongan ke Pura Dalem yang lebih dekat. Selain itu, Ketua Delegasi China juga menanyakan alasan petani di Subak Jatiluwih masih menanam padi lokal merah yang membutuhkan waktu enam bulan untuk panen, dibandingkan dengan padi unggul yang hanya memerlukan 3-4 bulan. 

Menanggapi hal ini, John menjelaskan bahwa padi merah yang dikenal dengan nama padi merah Cendana Jatiluwih merupakan warisan nenek moyang yang ditanam turun temurun. "Padi merah Cendana Jatiluwih ini hanya bisa tumbuh di Subak Jatiluwih. Petani di sini sejak dahulu harus menanam padi jenis ini pada bulan Januari. Ini sudah menjadi kearifan lokal dan kesepakatan petani yang tidak bisa ditawar. Jika dilanggar, akan ada sanksi dari Subak," ujarnya.

Dalam serangkaian kegiatan WWF ke-10 di Bali, selain delegasi China, DTW Jatiluwih juga menerima kunjungan mantan Presiden Hongaria dan Delegasi Prancis. "Kemarin, mantan Presiden Hongaria berkunjung ke sini dan tadi pagi Delegasi Prancis juga datang. Sekarang, giliran delegasi China yang dipimpin oleh Menteri Pengairan Urusan Air," pungkas John. ayu/yok


Komentar

Berita Terbaru

\