Dibalik Nikmat Tegukan Kopi Dan Asal-Usulnya, Sajian Spesial Heritage Coffee Farm & Roastery
Kamis, 16 Mei 2024
11:05 WITA
Buleleng
1589 Pengunjung
Buleleng, suaradewata.com- Gede Pusaka Harsadina yang akrab disapa Saka adalah owner Kopi Banyuatis. Dimana untuk mendirikan dan membuka destinasi tujuan wisata Heritage Coffee Farm & Roastery yang berlokasi di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng pada Rabu, (15/5/2024) bermotivasi selain untuk menjadikan kopi Buleleng tidak hanya dimaknai sebagai sekadar komoditas, namun juga mampu menjadi pengalaman wisata yang tak terlupakan bagi para turis melalui penyajian asal-usul dari bagaimana secangkir kopi itu bisa tercipta.
Melalui unit bisnis barunya tersebut, pengusaha asal Banyuatis itu ingin menyajikan sejarah atau asal-usul bagaimana secangkir kopi itu dapat diciptakan untuk dinikmati. Artinya kopi yang disajikan di Heritage Coffee Farm & Roastery merupakan kopi yang ditanam di kebun sendiri dan diolah sendiri, dan pengunjung dapat merasakan pengalaman tersebut melalui Eco Edu Tourism di sini.
"Jadi kopi yang kita tanam sendiri, kita hasilkan sendiri dan kita nikmati langsung dari hasil kebun sendiri. Lokasi pun dipilih yang ideal bagi budidaya tanaman kopi," ujar Saka.
Desa Munduk sejak era sebelum kemerdekaan Republik Indonesia telah diarahkan menjadi sentra budidaya kopi oleh kolonial Belanda. Mengingat faktor temperatur dan ketinggian dataran Desa Munduk menjadi pertimbangan utama untuk budidaya kopi dengan luas lahan 70 are yang khusus digunakan untuk budidayanya.
"Pembibitan dan penanaman telah dilakukan dan dicanangkan kurang lebih 2 tahun ke depan, kebun kopi di sini sudah berbuah dan bisa dipanen." terang Saka.
Nama Heritage itu sendiri, menurut Saka diambil dari kata warisan, memaknai asal-usul dari kopi di sini mulai dari tanah perkebunannya yang merupakan warisan dari leluhur, hingga teknik pengolahannya menggunakan metode tradisional warisan turun-temurun para petani kopi di Buleleng.
"Dalam proses pengolahannya, kita lakukan secara tradisional. Maksudnya tradisional itu zaman dulu ya. Jadi dijemur selama beberapa minggu, barulah kemudian dipilah dan diolah di roastery," papar Saka.
Diungkapkan juga bahwa cita rasa kopi yang diolah secara tradisional, memiliki perbedaan signifikan di lidah penikmatnya dibanding dengan biji kopi yang diproses secara full wash atau semi wash.
"Cita rasa kopi yang diolah secara tradisional memiliki cita rasa yang lebih asam." pungkas Saka.
Berangkat dari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Buleleng menyambut baik kehadiran destinasi agrowisata dan eco edu tourism ini. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, I Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan bahwa hadirnya Heritage Coffee Farm & Roastery menjadi stimulus baik untuk memajukan Kopi Buleleng. Aktivitas Eco Edu Tourism yang disajikan pun menjadi daya jual lebih bagi pariwisata Buleleng, khususnya di Desa Munduk.
Dukungan tersebut, rencananya oleh Dody akan diwujudkan melalui Festival Kopi Bali Utara, sebagai wadah bagi komunitas pecinta kopi, hotel, restoran, dan coffee shop di Kabupaten Buleleng untuk ajang unjuk gigi dan peningkatan popularitas dalam mengolah komoditas Kopi Buleleng.
"Nah, nanti ini akan kita lakukan di High Season, dengan tujuan untuk bisa mempopulerkan lagi bagaimana warisan kopi di Bali Utara ini bisa bersinergi dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, jadi tidak hanya menjadi konsumsi lokal saja," tutup Dody.sad/adn
Komentar