Umat Budha Gelar Tradisi Pindatapa Jelang Hari Suci Waisak
Jumat, 10 Mei 2024
12:25 WITA
Denpasar
1455 Pengunjung
Jelang Perayaan Trisuci Waisak 2568 BE/2024, ratusan umat Budha berdiri berjajar menunggu para Bhikkhu untuk pemberian sedekah, kamis (9/5) sumber foto: mot/SD
Denpasar, suara dewata.com - Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar gelar Pindapata dalam Rangka Menyambut Trisuci Waisak 2568 BE / 2024
Jelang Perayaan Trisuci Waisak 2568 BE/2024, ratusan umat Budha berdiri berjajar menunggu para Bhikkhu untuk pemberian sedekah. Mereka menanti sepanjang Jl. Gunung Agung untuk menyerahkan pindapata kepada Bhikkhu saṅgha, Kamis (09/05).
Pindapata ini merupakan rangkaian dari program penyambutan Trisuci Waisak yang diselenggarakan oleh Vihāra Buddha Sakyamuni, Denpasar.
Diikuti oleh 6 Bhikkhu dan 1 Samanera yaitu Bhikkhu Cittagutto Mahathera, Bhikkhu Sucirano Mahathera, Bhikkhu Sujano Mahathera, Bhikkhu Dhammaratano, Bhikkhu Indamedho, Bhikkhu Pabhajayo dan Samanera Indaviryo.
Tradisi pindapata merupakan cara pendekatan masyarakat secara agama Buddha dan juga merupakan kebiasaan dari para Buddha, baik Buddha yang lampau, Buddha yang sekarang, maupun Buddha yang akan datang.
Hanya saja, tradisi ini kurang memasyarakat dalam masyarakat Buddhis Indonesia. Jika dirunut arti katanya, Pindapata berasal dan dua suku kata, yaitu Pinda dan Patta.
Pinda berarti, gumpalan atau bongkahan (makanan) dan Patta berarti mangkuk makan. Sedangkan Patta dapat diartikan pengumpulan makanan dengan mangkuk oleh para bhikkhu dari rumah ke rumah penduduk. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpindapata. Tidak hanya bagi para bhikkhu, umat Buddha juga memperoleh kesempatan untuk berbuat baik.
"Disamping itu juga untuk melestarikan Buddha Dhamma yang merupakan kewajiban umat," tutur salah seorang Bhikkhu.
Selain pindapata, dalam menyambut perayaan Waisak, Vihara Buddha Sakyamuni juga menggelar kegiatana upacara Pattidana yaitu pelimpahan jasa kepada para leluhur yang di laksanakan pada hari Minggu, 19 Mei 2024.mot/adn
Komentar