PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Mapeed Iringi Pujawali Pura Dalem Kahyangan Kedaton, Wisatawan Antusias

Selasa, 22 Agustus 2023

20:00 WITA

Tabanan

1681 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Prosesi Mapeed serangkaian pujawali Pura Dalem Kahyangan Kedaton. (ayu trisna)

Tabanan, suaradewata.com - Pujawali di Pura Dalem Kahyangan Kedaton atau yang dikenal dengan nama Pura Alas Kedaton di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, yang jatuh pada Anggarkasih Medangsia, atau hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia, Selasa (22/8/2023) seperti biasanya diiringi dengan ritual Mapeed.

Pada piodalan di Pura Alas Kedaton kali ini, tradisi Mepeed oleh PKK dari 12 Banjar Se-desa Marga kembali dilaksanakan. Setelah sebelumnya sempat dibatasi karena Pandemi Covid-19 yang melanda sejak tahun 2020 lalu.

Ketua Pengelola Obyek Wisata Alas Kedaton, I Wayan Sudarma, menjelaskan tradisi Mepeed yang dilakukan oleh 11 banjar dari total 12 Banjar yang ada di Desa Kukuh Kecamatan Marga ini merupakan rangkaian dari rangkaian Pujawali di Pura Alas Kedaton.

"Piodalan di pura ini dilakukan oleh Desa Adat Kukuh sebagai pengempon, kenapa 11 Banjar yang Mepeed, itu karena satu Banjar lagi sebagai panitia piodalan jadi tidak ikut Mepeed," paparnya.

Tak hanya Mepeed, rangkaian Pujawali yang harus selesai pada saat Sandikala ini, dilanjutkan Sudarma juga diikuti dengan beberapa kegiatan lain, seperti tarian Rejang dan ditutup dengan tradisi Ngerebeg.

Adapun makna dari Tradisi Mepeed ini, dijelaskan Sudarma adalah, perwujudan rasa syukur umat Hindu Bali kepada Yang Maha Kuasa. Pada aktivitas ini, seluruh komponen masyarakat ini melakukan ritual ngayah ke Pura dengan berjalan kaki, ibu-ibu PKK dengan nyuwun gebogan. Peserta berjalan beriringan menuju areal pura. "Sedangkan krama laki-laki mengikuti dengan membawa bandrang dan tedung," sambungnya

Tradisi Ngerebeg dijelaskannya, memiliki arti greget dan semangat dalam pengabdian. Dalam ngarebeg selalu diawali dengan barisan anak-anak membawa ranting pohon enau karena terkait erat dengan sejarah berdirinya pura.

Di mana pendahulu mereka, sembunyi di balik pohon enau sehingga tidak terlihat oleh musuh. Selanjutnya, kata dia, ada barisan lelaki orang tua dengan membawa bandrang dan tedung kemudian berlari sekitar tiga kali mengitari pura. "Tradisi ini tidak pernah ditiadakan meskipun bagaimana kondisi cuacanya," tandasnya.

Prosesi ini pun tak pelak membuat wisatawan yang datang berkunjung ke DTW Alas Kedaton antusias untuk ikut menyaksikan. Sebab momen itu terbilang langka karena digelar enam bulan sekali. ayu/yok


Komentar

Berita Terbaru

\