PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Belum Terlihat Upaya Keras Edukasi ke Masyarakat Tentang Penghentian Kantong Plastik di Gerai Ritel

Senin, 21 Januari 2019

00:00 WITA

Denpasar

2310 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

istimewa

Denpasar, suaradewata.com - Inilah yang ditakutkan oleh para pengusaha ritel di Bali yang juga merupakan salah satu bagian masyarakat Bali sendiri, masyarakat Kota Denpasar sendiri, bahkan bagian dari penyedia lapangan pekerjaan dan penyumbang pajak yang digunakan kembali oleh pemerintah untuk membangun masyarakat.

Peraturan untuk menghentikan penyediaan kantong plastik belanja di gerai-gerai ritel baik lokal maupun nasional, berbuntut pada beralihnya konsumen dan tidak terjadinya pembelanjaan pada kategori barang-barang impulse buying yang notabene selama ini menutupi margin super tipis pada barangbarang kategori fast moving item.

Hal ini dikemukakan oleh Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara seusai mengadakan workshop bagi para pemilik usaha ritel lokal di Bali pada 18 – 19 Januari 2019 dengan modul : Human Resources Tools for Business Retail.

Workshop yang diikuti oleh 22 pemilik usaha ritel lokal ini merupakan workshop dan seminar ritel ke 21 yang dilaksanakan sejak tahun 2016 secara konsisten.

“Pemerintah tegas dalam melakukan penindakan, tetapi dalam peran pemerintah sebagai fasilitator, mestinya pemerintah ikut melakukan edukasi kepada masyarakat baik dengan menempatkan langsung voulenteer di masing-masing gerai tersebut atau melalui media cetak, elektronik dan online misalnya” ujarnya.

Menurut Abdi, situasi yang dihadapi para pengusaha dilapangan cukup rumit. Mengingat tidak semua toko / gerai ritel di Bali menerapkan aturan tersebut dilapangan. “Bahkan ada konsumen sampai mengeluarkan “maaf” kata-kata kasar kepada kasir karena menganggap tidak dilayani dengan baik, padahal sudah berbelanja banyak,” jelasnya.

Padahal, pengusaha melalui kasir dan pramuniaga sudah berupaya mensiasati misalnya dengan memberikan alternatif kepada konsumen seperti dibungkus dengan kardus, atau solusi lain. Tetapi memang tampaknya, sehabis belanja harus bawa tentengan kantong plastik masih menjadi budaya yang melekat.

“Sasaran edukasi yang belum disentuh oleh Pemerintah kebanyakan adalah konsumen dari kalangan middle low (menengah kebawah), ini harus dilakukan strategi yang lebih kuat dan jitu,” ungkapnya.

Menurutnya, kalangan menengah kebawah ini yang harus memang lebih di jadikan fokus edukasi karena biasanya kesadaran dan karakter yang terbentuk bertahun-tahun sangat mengakar kuat.

“Pengaduan dari pengusaha ritel, kebanyakan yang keras dalam melakukan feedback terhadap kebijakan ini adalah kalangan middle low,” tambahnya.

Abdi menyarankan di masa depan agar pemerintah tidak hanya getol mengeluarkan kebijakan, tetapi juga tetap menyeimbangkan dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan pemerintah pasca kebijakan di keluarkan. “Kami bukan antipati dengan kebijakan ini, kami dukung. Tetapi jangan sampai maunya melindungi satu pihak, malah merugikan pihak lain. Kami juga sadar lingkungan, kami juga cinta lingkungan, tetapi harus juga disadari kami perlu penjualan, kami perlu pendapatan untuk membayar karyawan yang notabene bagian dari masyarakat, tolong selalu dipikirkan hal tersebut,” pungkasnya. rls/ari


Komentar

Berita Terbaru

\