Marak Kasus Bunuh Diri, Ini Yang Ditekankan Dalam Dialog Interaktif DPRD Bangli
Kamis, 09 Agustus 2018
00:00 WITA
Bangli
3308 Pengunjung
suaradewata
Bangli, suaradewata.com - Tingginya angka kasus bunuh diri dengan cara gantung diri yang terjadi di kabupaten Bangli membuat kalangan anggota DPRD Bangli benar-benar prihatin. Karena itu, diperlukan kebijakan dan langkah serius untuk menekan dan mencegah maraknya kasus bunuh diri. Hal itu terungkap dalam dialog interaktif DPRD Bangli bekerjasama dengan Polres Bangli yang mengusung tema ‘Dalam rangka menemukan solusi pencegahan terhadap kasus bunuh diri dengan gantung diri di wilayah Kabupaten Bangli’, Rabu (08/08/2018).
Dialog interaktif yang menghadirkan tokoh lintas sectoral tersebut, dipimpin langsung Ketua DPRD Bangli Ngakan Kutha Parwata dengan moderator Kompol Gede Sudiana, Kasat Bimas Polres Bangli. Sedangkan menjadi nara sumber, dokter Bagus Kusumadewa, SP.Kj dari RSJ Bali di Bangli, Ketua PHDI Bangli, Drs. I Nyoman Sukra.
Dialog tersebut juga dihadiri dari berbagai komponen seperti, camat, Kepala Puskesmas dan dari unsur Dinas Kesehatan Bangli. Dalam pemaparannya, dr. Bagus Kusumadewa menyampaikan semakin susahnya menghadapi tuntutan hidup merupakan salah satu pemicu depresi yang kemudian berbuntut bunuh diri. Dikatakan di dunia dalam hitungan 40 detik terjadi 1 orang bunuh diri dan 1 juta orang/tahun. Lalu menyangkut angka kasus bunuh diri, di Bangli masuk tertinggi di Bali. Hal itu menurutnya disebabkan oleh karena sakit fisik, faktor ekonomi dan faktor percintaan bagi kaula muda.
Menurutnya bunuh diri diawali stress danstress disebabkan oleh banyak hal seperti kualitas tidur yang buruk sehingga menyebabkan otak tidak mendapatkan istirahat. ”Makanya otak perlu direstart”, ujarnya sembari mengatakan orang depresi sering mengambil jalan pintas bunuh diri.
Karena itu, ditekankan, menjadi tanggungjawab bersama untuk mengatasi hal itu. Pihak berkompeten seperti guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah jangan hanya menerima laporan kasus, tetapi agar senantiasa memberikan siraman rokhani, meski tidak terlalu lama.
Sementara itu Ketua PHDI Bangli, I Nyoman Sukra mengatakan bahwasannya yang menyebabkan umat mudah untuk mengakhiri hidup, karena tidak ikhlas menerima kenyataan dan tidak bisa mensyukuri hidup ini. Padahal menurutnya hakekat hidup itu adalah moksatham jagadhita, atau meningkatkan kualitas hidup. Terlebih manusia adalah makhluk yang paling utama karena diberikan idep (pikiran) selain bayu dan sabda. Karena itu bisa mengenal mana yang baik dan yang buruk. ”Intinya harus ikhlas dan bersyukur, apa pun kondisinya," ujarnya. Ditegaskan kembali, apapun alasannya kalau mati dengan cara ulah pati (bunuh diri) tidak dibenarkan oleh agama. Lalu kepada pemnerintah dia berharap agar pembangunan fisik dan pembangunan mental diseimbangkan.
Sementara itu. Ketua DPRD Bangli, Ngakan Made Kutha Parwata berharap agar kasus tersebut disikapi oleh Pemkab Bangli dengan serius. Bahkan pihaknya mengaku siap jika diperlukan penganggaran tentang kegiatan-kegiatan berkaitan upaya penanggulangan kasus bunuh diri tersebut, nantinya akan dibahas di saat pembahasan APBD Bangli Perubahan 2018. ”Begitu tingginya kasus bunuh diri di Bangli. Karena itu, dialog interaktif ini kita gelar bekerjasama dengan Polres Bangli untuk mencari solusi guna menekan angka bunuh diri di Bangli" tegasnya.
Untuk diketahui kasus bunuh diri di Bangli dari tahun ke tahun meningkat tajam. Tercatat hingga bulan Juli Tahun 2018 kasus bunuh diri di Bangli telah mencapai 23 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang 18 kasus, kasusnya naik signifikan. Sementara tahun 2016 terjadi 11 kasus kasus, tahun 2015 hanya 8 kasus. ard/aga
Komentar