Guna Melestarikan Adat dan Budaya, Ini Program Dinas Kebudayaan Badung
Senin, 12 Februari 2018
00:00 WITA
Badung
4753 Pengunjung
suaradewata
Badung, suaradewata.com - Guna melestarikan adat dan Budaya di Kabupaten Badung, Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung telah melakukan pembinaan dan penganggaran dana untuk masyarakat Badung. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung Ida Bagus Anom Bhasma bahwa untuk melestarikan adat dan budaya pihaknya telah melakukan pembinaan dan penganggaran dana kepada masyarakat Badung melalui program prioritasnya Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dibidang budaya, adat dan agama. Untuk dibidang adat, pihaknya ditugaskan membantu masyarakat untuk meringankan beban biaya aci-aci yang ada di masyarakat. Sehingga nantinya jangan sampai masyarakat yang begitu kental sibuk melestarikan adat, agama dan budaya juga dibebankan dengan biaya-biaya.
"Oleh demikian bapak Bupati menugaskan saya untuk membantu, bantuan dari Pemerintah dari 1,9 milyar sampai 10 juta, tergantung besar kecilnya kegiatan," ungkap Ida Bagus Anom di tempat kerjanya, Senin, (12/02/2018).
Selain itu, untuk kegiatan pembinaan generasi muda, pihaknya juga membantu untuk kreatifitas generasi muda berupa bantuan tiap tahun sebesar 23 juta untuk pembuatan ogoh-ogoh. Sehingga sekaa teruna (generasi muda) ini tidak lagi memikirkan lagi biaya untuk pembuatan ogoh-ogoh. Dan juga pihaknya bisa mengarahkan serta meminta ogoh-ogoh harus menyerupai buta kala, tidak boleh ada pesanan politik dan tidak boleh ada unsur porno maupun sara. Tidak hanya itu, apabila ada sekaa teruna yang berulang tahun maka dibantu sebesar 20 juta, sehingga kreatifitas sekaa teruna berjalan dengan baik.
"Waktu mereka mengusung ogoh ogoh jangan sampai ada yang mabuk mabukan, nah kita nilai, dengan adanya intervensi dari Pemerintah, dengan maksud kita agar bisa tearah tidak lagi ada yang mabuk dan lain sebagainya, justru itu kita ingin catur brata penyepian ini berjalan dengan baik," terangnya.
Demikian juga dengan Desa Adat untuk pembinaan pawongan, pelemahan dan prahyangan juga dibantu. Sehingga masyarakat di Badung untuk kegiatan seperti itu tidak ada beban. Contohnya "ngaben" dibantu oleh pemerintah, ada orang meninggal dunia dibantu 10 juta dari Pemerintah. Sehingga bisa melakukan pengabenan kecil dan masyarakat Badung tidak lagi memikirkan hutang dan sebagainya. Selain itu, untuk masing-masing pemangku mendapatkan "punia" perbulan sebesar 1 juta, demikian juga kepada Sulinggih mendapatkan "punia" sebesar 1,5 juta perbulan. Hal tersebut merupakan bentuk perhatian Pemerintah Badung kepada para penyelenggara upacara. Sehingga para sulinggih maupun pemangku yang ada di Kabupaten Badung dapat melaksanakan "upacara" dengan sangat baik dan tidak lagi memikirkan berapa ada sesari canang. Dan bantuan dana tersebut ditransfer melalui rekening, sehingga kelihatan transparan.
"Dan juga untuk para serati banten juga mendapatkan pelatihan banten untuk melestarikan adat dan budaya, minimal di masyarakat itu ada serati serati banten agar tidak membeli banten, sehingga upacara di masyarakat di Badung berjalan dengan baik," bebernya.
Dengan adanya pembinaan dan penganggaran dana tersebut, ia pun berharap kedepannya Badung bisa menjadi contoh pengembangan adat dan budaya. Dengan berkembangnya adat dan budaya di Badung, dimana budaya sebagai identitas kepribadian masyarakat, otomatis dengan berbudaya bisa menciptakan karakter masyarakat yang santun.
"Saya kira budaya merupakan identitas kepribadian masyarakat, walaupun budi pekerti tidak diajarkan otomatis akan menjadi santun dan tahu jati diri kita sebagai orang Bali yang mencintai adat dan budaya," harapnya.ang/aga
Komentar