Mengapa Harga BBM Naik
Kamis, 30 November 2017
00:00 WITA
Nasional
3285 Pengunjung
Opini, suaradewata.com - Diakhir bulan November di penghujung tahun 2017, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan salah satu kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Meskipun tidak ada resistensi apalagi aksi demonstrasi yang rusuh menolak kebijakan tersebut, namun dirasa publik perlu mengetahui alasan mengapa pemerintah menaikan harga/tarif aspek diatas di awal tahun ini.
Harga BBM Naik
Kenaikan harga BBM oleh PT Pertamina (Persero) di penghujung tahun ini dilakukan sebagai bentuk penyesuaian kondisi harga minyak mentah dunia yang kembali meningkat di awal tahun ini.Alasan mengenai kenaikan harga minyak tersebut secara tegas dijelaskan oleh Adiatma Sardjito,VP Corporate Communication Pertamina(19/11) yang mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan review pemerintah terkait harga minyak secara berkala sekaligus penyesuaian kenaikan harga minyak mentah dunia. Terlebih harga minyak mentah Brent dunia kembali naik pada level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Patokan global, minyak mentah Brent naik 47 sen atau 0,7 persen menjadi menetap di USD 61,37 per barel, mendekati level tertinggi Juli 2015 yang dicapai awal pekan ini. Harga hari ini juga tercatat naik sekitar 37 persen dari level terendah 2017 pada Juni.
Sementara patokan minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 23 sen atau 0,4 persen menjadi berakhir di USD 54,38 per barel, masih mendekati level tertinggi sejak Februari dan mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Sehingga ekspor minyak mentah AS melonjak mendekati dua juta barel per hari (bph) dan produksi C-OUT-T-EIA telah meningkat hampir 13 persen sejak pertengahan 2016 menjadi 9,5 juta barel per hari.Meskipun harga BBM naik, perlu diketahui bahwa kenaikan harga tersebut hanya berlaku untuk masyarakat dengan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini disebabkan bahwa kebijakan subsidi BBM untuk masyarakat miskin tetap menjadi prioritas dan akan terus diratakan hingga kedaerah-daerah terpencil oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Review Kenaikan Harga
Berdasarkan hasil review dari website Pertamina terkait dengan daftar kenaikan harga BBM, berikut daftar kenaikannya: harga Pertamax di DKI Jakarta per 17 November berada di level Rp 8.400 per liter naik Rp 150 jika dibandingkan harga Pertamax per 11 Oktober 2017 yang dipatok Rp 8,250 per liter.Sementara itu, harga BBM lain tetap sama.Harga Pertalite tercatat Rp 7,500 /liter, Pertamax Turbo Rp 9,350/liter, Pertamax racing Rp 42,000/liter, Dexlite Rp 7,300 /liter dan Pertamina Dex Rp 8,800/liter.
Selain menaikkan harga Pertamax, Pertamina sejati memiliki hasrat juga untuk menaikkan harga BBM penugasan yaitu solar subsidi dan premium. Hal ini dikarenakan sejak April 2016, Pemerintah belum mengubah harga Solar dan Premium padahal disisi lain, harga minyak dunia terus menerus mengalami peningkatan.
Meskipun bukan sebuah keputusan yang dapat disepakati secara keseluruhan, namun tampaknya kebijakan pemerintah untuk menaikan harga BBM, dapat dikatakan wajar. Terlebih Pertamina telah menghitung potensi selisih harga sebesar Rp 20 triliunyang harus ditanggung perseroankarena harga BBM penugasan yang tidak diubah oleh Pemerintah hingga akhir tahun.Bukan mendukung apalagi pro dengan kebijakan kenaikan harga. Namun apabila dinilai dari kaca mata yang objektif, kenaikan tersebut dapat dimaklumi lantaran memang negara kita saat ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan keseriusan pemerintah dalam melakukan pemerataan pembangunan fasilitas dan infrastruktur publik dari Sabang hingga Marauke.
Selain itu, aspek lain yang perlu diapresiasi adalah ditengah-tengah pertumbuhan ekonomi negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Inggris dan negara-negara lainnya yang melemah dan hanya mencapai re-rata 2 hingga 3 persen, kita negara Indonesia hingga detik ini masih terus berpacu dengan persentase peningkatan ekonomi yang mencapai angka 5 persen dipenghujung tahun 2017, itu pun ditengah gejolak perekonomian global. Lantas baguskah itu?
Oleh: Arjuna Wiwaha (Mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya)
Komentar