Implementasi Spirit Pahlawan Kapten Mudita Harus Dimulai dari Diri Sendiri
Senin, 20 November 2017
00:00 WITA
Bangli
3776 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com – Selain dimeriahkan dengan pementasan seni budaya, peringatan hari gugurnya pahlawan Kapten TNI Anak Agung Gede Anom Mudita yang ke-70 tahun dilaksanakan pula melalui upacara penghormatan disertai tabur bunga di Tugu Pahlawan Pengelipuran, Bangli, Senin (20/11/2017). Apel peringatan gugurnya putra terbaik Bangli tersebut, dipimpin langsung Bupati Bangli I Made Gianyar selaku inspektur upacara. Hadir juga saat itu, Wakil Bupati Bangli, Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bangli, anggota Forkompimda Kabupaten Bangli, OPD Kabupaten Bangli, TNI dan POLRI, Veteran dan siswa dari SD hingga SMU.
Bupati Made Gianyar pada kesempatan tersebut, menyampaikan peringatan hari gugurnya Kapten Mudita merupakan cerminan atau refleksi tentang pengorbanan, keteladanan dan keteguhan dalam mengapai harapan dan masa depan yang lebih baik dengan terus bekerja keras dalam mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera sebagai cita-cita perjuangan yang tertuang dalam sila kelima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sekaligus sebagai momentum dalam rangka menumbuh-kembangkan nilai-nilai persatuan, kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial. “Oleh Karena itu sejatinya nilai kepahlawanan tidak akan pernah usang atau lekang dimakan jaman karena pada setiap waktu dapat di implementasikan dan direvitalisasi dari generasi ke generasi sepanjang masa sesuai perkembangan jaman” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, Peringatan Gugurnya Kapten TNI Anak Agung Anom Mudita yang terkenal dengan pekikan ‘Merdeka Seratus Persen’ selalu menjadi penting karena sebagai barometer seberapa kuat keyakinan kita terhadap nilai-nilai kejuangan dari suatu proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Peringatan ini juga sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang dalam mewujudkan kemerdekaan. “Implementasi dalam kehidupan kita untuk mengisi kemerdekaan adalah setiap orang harus bisa menjadi pahlawan minimal menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya, bekerja keras dan menjalankan tugas dengan baik di setiap entitasnya, itulah makna sesungguhnya yang harus kita tauladani dari pengorbanan para pahlawan, dalam rangka mengisi kemerdekaan ini” tambah Made Gianyar.
Disisi lain, sebagai bukti sepak terjang pergerakan Kapten Anak Agung Gde Anom Mudita, hingga saat ini di desa Pengelipuran juga masih terdapat bunker yang sebelumnya dipergunakan warga setempat untuk menghindari serangan penjajah. Bungker tersebut, tampak menyerupai gorong-gorong saluran irigasi yang terletak di hutan bambu desa Penglipuran. Menurut Nengah Sudibia tokoh masyarakat setempat, saat para tentara penjajah menuju ke desa penglipuran, warga sudah membunyikan kentongan. Bersamaan dengan tanda tersebut, Kapten Mudita memerintahkan seluruh warga mulai dari anak-anak, lansia, dan wanita untuk bersembunyi di gorong-gorong itu, dan menutupi bagian atas dengan ranting serta dedaunan.
Panjang tempat ini kurang lebih sekitar 500 meter dengan lebar dan tinggi mencapai 2 meter. Sehingga para warga saat bersembunyi bisa duduk disana. “Meski menyerupai saluran irigasi, tempat ini murni dulunya sebagai tempat bagi warga untuk berlindung dari serangan penjajah,” ungkap Sudibia yang juga Kadisperindag Bangli ini. Hanya saja, kondisinya kini diakui kurang terawat. Untuk itu, pihaknya mengaku bersama krama adat Desa Penglipuran sepakat untuk memperbaiki kondisi tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan Kapten Mudita di wilayah ini. Rencananya dengan upaya perbaikan dan pelestarian tersebut, diharapkan kedepan bisa juga menjadi destinasi wisata sejarah yang menunjang wisata desa Pengelipuran. ard/ari
Komentar