PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Mengenal Komunis Gaya Baru

Rabu, 04 Oktober 2017

00:00 WITA

Nasional

6527 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Opini, suaradewata.com - Fenomena KGB merupakan suatu ancaman nyata terhadap kewibawaan dan eksistensi bangsa dan negara. Pengulangan sejarah yang disesatkan hingga pengalihan isu-isu terdahulu dapat menjadi  sebuah ancaman asimetrikdapat terjadi apabila hal tersebut tidak dideteksi dan  tidak dicegah. Seperti halnya pemanfaatan isu global demokratisasi dan  penegakan HAM, menjadi salah satu senjata yang paling ampuh dilakukan oleh kelompok kepentingan untuk merongrong kedaulatan suatu negara.

Seperti ulasan Basil H. Liddell yang menjelaskan tentang kebangkitan dan perkembangan KGB dalam Buku Strategy menjelaskan bahwa ancaman asimetrik menyerang pikiran, membengkokkan iktikad, memelintir logika, menghasut keyakinan dan meruntuhkan kepercayaan. Pernyataan ini identik dengan upaya dan langkah yang dilakukan kelompok yang mengatasnamakan gerakan KGB dalam memperjuangkan tujuan dan cita–citanya  untuk mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat internasional.

Titik Lahir Komunis Global

Komunisme merupakan salah satu paham yang keberadaannya sempat eksis di dunia. Sejarah mengatakan bahwa penganut awal paham ini berasal saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia pada 7 November 1917, dimana kesengsaraan buruh dan tentara Rusia berujung kepada kekacauan di jalanan dan penggulingan pemerintahan nasionalis Rusia pimpinan Alexander Kerensky, yang dianggap tidak kompeten dalam menjalankan roda pemerintahan.Hiruk pikuk eksistensi Komunisme barulah terdengar saat tokoh komunis dunia yakni Karl Marx dan Friedrich Engels menghasilkan buah pemikiran yang berjudul Manifest Der Kommunistischen dan diterbitkan pada 21 Februari 1848 yang kemudian menjadi landasan sebuah pergerakan politik dunia.

Kelahiran komunisme di awal abad ke-19 merupakan bentuk koreksi terhadap paham kapitalisme yang kala itu menganggap kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari sebuah proses produksi dan cenderung mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangannya komunisme justru tumbuh menjadi beberapa faksi yang masing-masing memiliki pemahaman dan cara perjuangan yang berbeda dalam mencapai tujuan masyarakat sosialis.Terlebih pada prinsipnya, kelompok komunis cenderung mendengungkan kampanye seluruh aset kepemilikan barang dikuasai oleh negara dan disediakan untuk kemakmuran rakyat semata. Sehingga sangat kental dikenal bahwa paham komunis tidak mengenal hak perseorangan sebagaimana yang dieluhkan oleh paham liberalisme.

Komunis Enam Lima

Indonesia sempat menjadi salah satu kekuatan besar partai komunisme dunia. Kelahiran komunisme di tanah air tidak dapat dilepaskan dari peranan hadirnya pengaruh komunisme luar negeri yang dibawa oleh sebagian mahasiswa-mahasiswa Luar Indonesia yang terpengaruh paham kiri dan beberapa orang yang memiliki keturunan darah warga negara Belanda.

Sneevliet, warga negara Belanda yang bekerja sebagai pekerja kereta apizaman kolonial dan berperan besar terhadap lahirnya paham dan pemikiran komunisme di Nusantara. Pengaruh Seneevliet bermula saat dirinya ikut berpartisipasi terhadap Perhimpunan Demokratis Sosial Hindia, yang merupakan kelompok serikat buruh yang bersifat modern dan agresif, serta memiliki pemikiran yang anti akan kapitalisme.Selanjutnya konsep pemikiran yang digagas oleh Senevliet dianut dan diteruskan oleh beberapa tokoh dalam negeri seperti Muso dan Semaoen, sehingga tercetuskan awal pergerakan komunisme di Surabaya hingga berlanjut ke wilayah Semarang, tempat dimana pecahnya persatuan kelompok serikat islam menjadi merah dan putih.

Sejarah berakhirnya eksistensi komunisme di dalam negeri tak dapat dilupakan saat terendusnya pergerakan PKI kala itu yang berencana akan membuat sebuah manuver hebat dalam rangka kudeta terhadap Presiden Soekarno. Mendekati detik-detik akhir bulan September tahun 1965 atau yang sekarang dikenal dengan pergerakan G30/SPKI, tabiat kejahatan kelompok komunis mulai terbukti jelas saat beberapa Perwira dan Prajurit TNI kala itu hilang dan dibunuh secara tragis dibilangan komplek Lubang Buaya, Jakarta.Tak ayal segera setelah Presiden Seokarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melanjutkan Pemerintahan dan mengatur strategi untuk menumpas habis benang merah komunisme yang telah menjadi masalah akut bagi bumi khatulistiwa.

Komunis Gaya Baru

Banyak orang mengira bahwa eksistensi komunisme mati setelah penumpasan habis yang dilakukan di orde pemerintahan Presiden Seoharto sebelumnya. Ditambah lagi dengan runtuhnya Uni Soviet akibat kebijakan Glasnost Prestorica Pemerintahan Mikhail Gorbachev ditahun 1990, tidak dapat bersaing ketat dengan eksistensi paham liberalisme yang menjual garansi kesejahteraan.Seperti yang digambarkan oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris yang menyatakan bahwa komunisme dan sosialisme merupakan sebuah hantu yang terus membuntuti eksistensi paham liberalisme dan kapitalisme, yang nyatanya cenderung bermetamorfosis menjadi sebuah pergerakan modern yang justru lebih masif dan mengerikan.

Dewasa ini pergerakan kelompok KGB mulai menjalar di beberapa institusi strategis dan melakukan pengalihan isu terhadap sejarah kelamserta catatan kejam 65.Mulai dari melakukan konsolidasi diinternal kelompok saudara sepaham komunis, membuat buku pencitraan berhaluan komunis, menyebarkan ide bohong dan logo palu arit komunis,  menggelar panggung seni dan kajian ilmiah terkait komunis,membentuk dan mendeklarasikan partai-partai berhaluan sosialis, mendesak pemerintah membentuk Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi terhadap korban 65, serta yang paling mutakhir adalah jelmaan terhadap beberapa kebijakan dan peraturan pemerintah yang dengan tegas memihak sejarah kelam komunisme.

Menggeliyatnya perkembangan komunisme gaya baru saat ini, mengisyaratkan sebuah ancaman laten terhadap Republik Indonesia. Catatan kelam partai komunis yang dahulu terkenal sempat membantai para santri dan ulama Indonesia, perlahan mulai dihapuskan demi memuluskan tujuan akhir mendirikan sebuah Republik Sentral Komunisme Dunia.Kebangkitan gerakan komunis dewasa ini berpotensi menimbulkan ancaman bagi ideologi negara Pancasila serta dapat menimbulkan gejolak politik dan keamanan.Pada era pasca reformasi, komunisme bangkit dengan cara lebih halus dan menyusup kemana-mana bersifat asimetrik dengan strategy soft power. Sebagai bahaya laten  yang bersifat asimetrik, KGB merupakan Neo Komunis yang bertujuan untuk membangkitkan kembali anasir komunis. Dalam konteks Ketahanan Nasional keberadaan KGB nampaknya sebagai sesuatu yang lumrah, namun strategi soft power gerakan ini merupakan ancaman, sehingga perlu penangkalan melalui upaya yang lebih sistematis oleh para stakeholders pemerintah terutama dalam mendeteksi setiap pergerakan dan aktifitasnya.Karena mudah untuk dibandingkan bahwa tidak ada negara sosialis maupun komunis di dunia ini, yang dapat bertahan dan mempersatukan perbedaan Suku, Ras, Agama, dan Golongan seperti halnya yang dijalankan oleh Falsafah Pancasila.

 

Oleh: Agung Prasetyo (Mahasiswa Pasca Sarjana FISIP Universitas Gajah Mada)


Komentar

Berita Terbaru

\