PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Aksi Nyata Bantu Rohingya

Selasa, 12 September 2017

00:00 WITA

Nasional

3199 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Opini, suaradewata.com - Rakyat Indonesia pastinya geram akan aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya oleh militer Myanmar. Berbagai cara dilakukan untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap para korban, seperti menulis di media sosial hingga melakukan demonstrasi, seperti yang telah dilakukan Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam di depan Kedubes Myanmar, Senin (4/9). Namun, apakah cara-cara tersebut dapat berdampak nyata terhadap para korban kekerasan di Rohingya?

Menurut Tomy Hendrajati, Direktur Program Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), yang saat ini paling dibutuhkan oleh korban kekerasan di Rohingya adalah makanan dan obat-obatan. Kebutuhan pokok seperti beras, mie instan, pakaian, susu dan pampers bayi adalah yang paling dibutuhkan saat ini. Agar dapat memberikan bantuan-bantuan tersebut, pada 31 Agustus 2017, Menteri Luar Negeri Indonesia telah meresmikan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang terdiri dari 11 lembaga, termasuk PKPU, Palang Merah Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Masyarakat Indonesia dapat menyalurkan donasinya ke aliansi tersebut. Namun, bantuan belum dapat diterima langsung oleh para korban karena akses yang tertutup menuju kota Rakhine, tempat pencahnya konflik. Akses yang masih terbuka hanya menuju Sittwe, wilayah dekat Rakhine yang menampung sekitar 500.000 pengungsi Rohingya.

Selain memberikan donasi, upaya pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan konflik perlu terus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Menlu, Retno Marsudi telah melakukan kunjungan ke Myanmar dan bertemu langsung Panglima Militer disana. Indonesia pun patut berbangga karena keberangkatan tersebut diberitakan oleh media internasional dan menjadi satu-satunya negara yang diterima Myanmar pasca konflik Rohingya.

Selanjutnya, masyarakat Indonesia perlu menjaga keadaan kondusif dalam negeri dengan tidak ikut terbawa arus isu negatif tentang keagamaan. Alangkah baiknya aksi demonstrasi atau unjuk rasa tidak menjadi ajang untuk menyebarkan kebencian terhadap salah satu etnis atau agama dan yang terpenting tidak berakhir menjadi aksi anarkis. Demonstrasi yang berakhir dengan kekerasan dan anarkis bukanlah jawaban untuk membantu korban konflik Rohingya.

 

Oleh: Indra Ahmad (Mahasiswa Pasca Sarjana FISIP Universitas Indonesia)


Komentar

Berita Terbaru

\