Penyebrangan Lumpuh 7 Jam, Antrean Hingga 6 Kilometer
Sabtu, 05 Agustus 2017
00:00 WITA
Jembrana
3638 Pengunjung
suaradewata.com
Jembrana, suaradewata.com - Cuaca extreme yang terjadi di selat bali sehingga pelabuhan baik Gilimanuk maupun maupun Ketapang ditutup hingga 7 jam pada Kamis (3/8) malam. Pasalnya, angin kencang serta gelombang tinggi terjadi di perairan selat bali, yang sangat membahayakan kapal yang sedang berlayar. Akibatnya, antrean kendaraan dari pelabuhan Gilimanuk mengular hingga 6 kilometer atau sampai hutan cekik.
Dari Informasi yang dihimpun, Sabtu (6/8), cuaca extreme tersebut terjadi sejak Kamis (3/8) dan sempat terjadi penutupan hingga tiga kali. Bahkan, penutupan terakhir Kamis (3/8) sekitar pukul 18.50 wita hingga 7 jam kemudian yang mengakibatkan antrean hingga 4 kilometer lantaran adanya angin bertiup kencang mencapai 30 knot yang menimbulkan ombak diselat bali tinggi hingga mencapai 3 hingga 4 meter. Cuaca buruk tersebut membuat kapal yang melayani penyebrangan terombang ambing, sehingga hal ini, membahayakan keselamatan kapal, nahkoda-nahkoda yang kapalnya sedang berada di tengah selat Bali langsung melapor ke otoritas Pelabuhan. Kemudian Unit Penyelenggara Pelabuhan Gilimanuk melakukan penutupan sementara pelabuhan. Sekitar pukul 01.00 Jumat (4/8) dinihari atau setelah tujuh jam lebih, penyebrangan kembali dibuka. Meski dibuka namun aktivitas bongkar muat terutama di pelabuhan Ketapang tidak bisa lancar karena gelombang Selat Bali cukup besar.
Dengan ditutupnya penyebrangan maka aktivitas bongkar muat kapal juga terhenti. Akibatnya penumpukan kendaraan dengan cepat terjadi di parkir pelabuhan. Semakin malam antrean membludak lantaran truk-truk yang hendak menyebrang ke jawa datangnya bersamaan. Sehingga pada tengah malam ekor antrean sudah memasuki kawasan hutan Bali Barat atau sekitar 6 kilometer dari pelabuhan. Lamanya menunggu penyebrangan dibuka, membuat banyak sopir yang memilih tidur diatas kendaraannya. Antrean ini juga diperparah dengan sejumlah kendaraan yang nekat menerobos melalui jalur kanan sehingga menutup jalur yang menuju arah Denpasar, sehingga kemacetan tidak terhindarkan. Lambatnya pergerakan kendaraan, membuat antrean panjang terus berlanjut hingga pagi. sekitar pukul 07.00 wita ekor antrean masih berada di kawasan hutan hutan cekik atau sebelah pura segara rupek atau sekitar 4 kilometer daru pekabuhaan. Meskipun demikian antrean yang sebelumnya mengular bisa terurai sampai di parkir manuver pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 12.00 wita.
Salah seorang sopir truk, Suhairi, 39, asal Jawa Timur mengatakan, dirinya sudah mengantre sejak Kamis (3/8) malam sekitar pukul 20.00 wita. Begitu teman-teman sopir truk lainnya semua mengantre rata-rata hingga 15 jam baru bisa menyebrang. “Saya sudah sejak kemarin antre pak. Baru pagi ini bisa naik kapal. Tadi malam saya tidur di truk sambil nunggu bisa jalan pelan-pelan,” katanya.
Manajer Usaha ASDP Gilimanuk Heru Wahyono saat dikonfirmasi mengatakan, antrean sudah bisa terurai tadi sekitar pukul 12.00 wita. Antrean ini terjadi karena penyebrangan ditunda akibat cuaca buruk. Namun setelah dibuka kita berupaya maksimal dengan mempercepat waktu bongkar muat kapal dengan mengoprasikan 32 kapal dan memaksimalkan trip. “Antisipasi dilakukan pelabuhan dengan mempercepat waktu bongkar muat kapal. 32 kapal yang beroperasi dimaksimalkan untuk mengangkut seluruh kendaraan yang masih tersisa baik di dermaga LCM, Ponton maupun MB. Kendaraan yang antre didominasi kendaraan barang baik truk tronton, sedang, kecil dan pick-up.” ujarnya
Sementara, Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Gilimanuk, Made Astika mengatakan, penutupan tersebut dilakukan karena otoritas pelabuhan lebih mengutamakan keselamatan kapal dan penumpang yang diangkut dibanding kecepatan pelayaran. “Keselamatan dan keamanan menjadi prioritas kami. Lebih baik pengguna jasa terlambat sedikit menyebrang daripada beresiko besar. Karena cuaca ekstrem dengan angin kencang yang disertai dengan gelombang tinggi yang mencapai 4 meter itu sangat membahayakan. Hal ini Bisa mengakibatkan kapal karam bahkan kemungkinan terjadi tabrakan. Belakangan ini cuaca buruk sering terjadi dan kami harus mengantisipasi dan selalu berkoordinasi dengan BMKG," jelasnya.dep/dev
Komentar