Diskusi Publik “Jangan Lupakan Sejarah, Tolak Rekayasa Sejarah Majapahitâ€
Senin, 24 Juli 2017
00:00 WITA
Nasional
4361 Pengunjung
suaradewata.com
Opini, suaradewata.com - Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu ( DPN PERADAH ) Indonesia bersama Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia ( PP KMHDI ) kembali mengadakan Diskusi Publik dengan mengangkat Sejarah Majapahit, khususnya Sejarah Gajah Mada dengan tema “Jangan Lupakan Sejarah, Tolak Rekayasa Sejarah Majapahit” dengan Pembicara Pakar Arkeologi FIB Universitas Indonesia Bapak Prof. Dr. Agus Aris Munandar,M.Hum dan Sekjen Ikatan Cendikiawan Hindu Indonesia ( ICHI ) Bapak Ketut Budiasa, SE.,MM yang dilaksanakan di Restoran Bumbu Desa Cikini – Jakarta, Minggu 23 Juli 2017.
Dari kacamata Intelektual, upaya untuk menarik perhatian publik dengan memunculkan hal – hal yang sensasional yang tidak memiliki dasar argumen yang kuat merupakan hal tidak patut, termasuk saat berbicara sejarah Majapahit dan tokoh besar seperti Gajah Mada. Keseluruhan bukti-bukti sejarah yang otentifitasnya diterima secara umum oleh dunia arkeolog dan tradisi akademik, secara meyakinkan menunjukkan bahwa Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu – Budha. Hal ini ditemukan dalam banyak prasasti, banyak candi dan artefak, karya sastra dan mitologi. Penggunaan nama-nama dan terminologi Hindu, relief-relief yang mencerminkan teologi Hindu, termasuk tradisi membuat replika tokoh dalam bentuk patung memperkuat teori Majapahit adalah Kerajaan bercorak Hindu. Hal ini ditunjang pula oleh karya sastra seperti Sutasoma dengan ungkapan terkenalnya “bhinneka tunggal ika” yang merupakan konsep toleransi khas Hindu, dimana ungkapan sejenis ditemukan bertebaran di sekujur tubuh Weda – kitab suci agama Hindu. Demikian tegas Sekjen ICHI, Ketut Budiasa.
Hal senada ditegaskan oleh Prof. Aris Munandar, beliau menyampaikan upaya rekayasa sejarah Gajah Mada dan Majapahit sudah dibahas di Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan tegas disimpulkan tapsir Gajah Mada bukan Hindu tidak benar dan dimunculkan oleh sejarahwan amatiran yang berkomentar ‘seenak nya dewe/semaunya”, Dilanjutkan Prof Aris, Gajah Mada dan Majapahit jelas dan tegas merupakan Hindu dan Budha serta tegas merupakan Kerajaan Hindu Nusantara, tegas Pakar Arkeolog UI ini.
Ketua DPN PERADAH Indonesia, D. Sures Kumar menyampaikan pentingnya diskusi ini dilaksanakan untuk mengklarifikasi upaya rekayasa sejarah yang coba di munculkan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggungjawab, dan kental dengan muatan politis dan propaganda sejarah daripada kepentingan intelektual dan kemajuan sejarah Indonesia. Upaya – upaya Rekayasa sejarah dengan dalih apapun harus ditolak, karena sangat membahayakan masa depan Indonesia kedepannya, sehingga besar harapan dengan diskusi ini dapat membongkar upaya rekayasaa sejarah Gajah Mada dan Majapahit, dan kita minta pemerintahan Jokowi melarang peredaran buku – buku dan tulisan yang “membodohi” rakyat Indonesia dengan merekayasa sejarah apapun, khususnya Sejarah Gajah Mada dan Majapahit serta mengeluarkan edaran kepada semua pihak untuk tidak asal – asalan menapsirkan sejarah yang ada di Indonesia, tegasnya.
Presidium Pimpinan Pusat KMHDI, Putu Suwiasa mengatakan bahwa diskusi publik yang di laksanakan ini adalah guna untuk mengklarifikasi arti-arti sejarah yang sudah di belokan atau di salah gunakan oleh pihak atau kaum yang tidak bertanggung jawab untuk mencetuskan suatu buku bahkan untuk membuat sejarah baru. Sehingga dari masalah ini pemuda hindu khususnya yaitu KMHDI dan juga DPN PERADAH Indonesia angkat bicara dan mengambil tindakan bahwa kami tidak menginginkan sejarah yang sudah di tanamkan oleh nenek moyang kita di salah artikan demi mengambil kepentingan pribadi atau kelompok.
Dampak dari pembelokan atau penyalahgunaan persepsi tentang sejarah ini mungkin tidak berdampak langsung ke kehidupan masyarakat luas pada saat ini, bahka masyarakat yang berada di pedalaman dan pelosok desa yang minim pengetahuan tentang perkembangan media sosial pada saat ini tidak terlalu mengetahui tentang kejadian dan fenomena yang terjadi, tetapi yang menjadi masalah adalah hal ini akan terus berkembang dari tahun ke tahun bahkan puluhan tahun yang akan datang, yang akan menerimanya adalah notabenih anak-anak masa depan bangsa yang masih duduk di bangku sekolah, dari hal ini mereka otomatis sudah di lajarkan dengan sejarah yanh salah.
Makadari itu kegiatan ini gunanya untuk meluruskan jalan sejarah dari dulu kala hingga saat ini agar tidak sama sekali di nodai oleh kaum atau bahkan individu yang tidak bertanggung jawab, karena berbicara sejarah kita tidak bisa sembarangan, memang harus berbicara fakta dan kenyataan.sr/dev
Komentar