PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Peringati

Kamis, 20 Juli 2017

00:00 WITA

Jembrana

6021 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Jembrana, suaradewata.com - Peringatan perang laut pertama di Indonesia ini secara rutin diperingati tiap tahunnya di Jembrana. Peringatan ini merupakan bentuk penghormatan khusus akan salah satu peristiwa yang mewarnai sejarah pertempuran laut yang terjadi diselat Bali pada tahun 1946. Dalam peringatan tersebut, Bupati Jembrana I Putu Artha bertindak sebagai inspektur upacara di Lapangan Monumen Gilimanuk, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Kamis (22/7)

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Ny Ari Sugianti Artha, Komandan Pangkalan Angkatan Laut Benoa dan Banyuwangi, Perwakilan Bupati Banyuwangi, Ketua DPRD Ketut Sugiasa, Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan beserta Ny Ani Setiawarini Kembang Hartawan, Anggota Forkopimda Jembrana, Sekda Jembrana Made Sudiada, Kepala – kepala OPD Jembrana, Keluarga Besar Alm Markadi, anggota LVRI.

Pada upacara yang rutin diadakan setiap tahunnya Bupati Artha dalam sambutannya mengatakan setiap kali memperingati Hari Operasi Lintas Laut Jawa – Bali, sudah tentu pikiran kita kembali mengenang dan membayangkan betapa dahsyat dan mencekamnya peristiwa pertempuran tersebut. Namun lebih dari itu, satu hal yang patut kita petik adalah semangat perjuangan dari para pelaku sejarah yang dengan gigih berjuang tanpa kenal menyerah, meskipun dengan persenjataan sederhana dan keterbatasan sarana, telah mampu mempertahankan setiap jengkal tanah air tercinta dengan mempertaruhkan jiwa dan raga serta tulus ikhlas tanpa berharap dari jasa apapun dari siapapun.

Menurut Artha jiwa ksatria seperti ini telah jauh jauh hari ditanamkan kepada kita oleh Founding Father “Bung Karno” melalui ungkapan beliau “Tidak seorangpun yang menghitung hitung berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mepertahankannya”. Semangat perjuangan para pendiri bangsa/founding father yang demikian ini hendaknya dapat dijadikan landasan bagi kita sekalian, seluruh komponen bangsa guna mengisi kemerdekaan dengan berbagai inovasi dan kreativitas di segala bidang guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.

“Melalui peringatan kali ini saya harapkan dapat dijadikan momentum bagi kita, sebagai generasi harapan bangsa untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan program – program pembangunan pro rakyat, melalui perbaikan kualitas hidup masyarakat sehingga tercapai hasil yang optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.” kata Artha.

Selanjutnya melalui kesempatan yang berbahagia ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu dan Keluarga Alm. Bapak Markadi beserta ibu – ibu Kawanua yang telah berkesempatan hadir pada upacara ini dan memberikan bantuan 200 paket belajar untuk siswa SD, 100 paket belajar untuk SMP, serta bantuan sembako kepada keluarga kurang mampu di 5 kecamatan di Jembrana” ujar Artha.

Pada apel tersebut Ibu dan Keluarga Alm. Bapak Markadi beserta ibu – ibu Kawanua menyerahkan bantuan paket belajar secara simbolis kepada sejumlah siswa SD, SMP dan kepada keluarga kurang mampu di 5 kecamatan di Jembrana. Penyerahan bantuan tersebut diawali dengan penandatanganan berita acara yang dilakukan Ibu Markadi dengan Bupati Artha.

Peristiwa Operasi Lintas Laut sendiri berawal pada tanggal 3 April 1946 ketika sepasukan Tentara Keamanan Bagian Laut (TKR Laut) yang dikenal dengan Pasukan M di bawah pimpinan Kapten Laut Markadi dengan kekuatan 4 pleton bersiap – siap melaksanakan Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali. Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali memiliki tujuan untuk melakukan konsolidasi dan mengatur penggabungan dengan para pemuda dan rakyat Bali yang pada saat itu Pulau Bali sudah di duduki Belanda.

Pasukan M berangkat dari pelabuhan Banyuwangi dengan 13 jukung dan 3 perahu mayang, pasukan M tersebut menuju Candikusuma. Pasukan tersebut menggunakan pakaian musim dingin tentara Jepang hasil rampasan dan juga membawa senjata hasil rampasan Jepang. Perahu mayang ditarik dengan kapal tunda, namun pukul 23.00 kapal tunda mengalami kerusakan mesin, dan menyebabkan terkatung katung di tengah laut. Pada 4 April 1946 jam 06.00 tiba – tiba dari arah tenggara muncul kapal patroli Belanda yang besar.

Kapten Laut Markadi langsung berinisiatif membuka seragam dan menyembunyikan senjata dengan maksud menyamar sebagai nelayan. Ketika jarak sudah dekat komandan kapal Belanda memerintahkan “nelayan” Markadi untuk untuk melempar tali dengan maksud akan menarik kapal untuk dibawa ke pangkalan. Ketika sudah mencapai jarak ideal, Kapten Markadi langsung memerintahkan pasukannya untuk menembak.

Saat terjadi pertempuran sengit, muncul kapal patroli lain yang mendekat dan pasukan M juga menghadang kapal kedua dengan senapan mesin berat sehingga kapal tersebut tidak bisa mendekat. Kapal pertama yang di serang pun akhirnya terbakar dan tenggelam, Kapten Markadi pun memerintahkan kapal berputar halauan kembali menuju Banyuwangi.

Di malam harinya, Kapten Laut Markadi beserta pasukannya kembali naik perahu lagi dan berhasil mendarat di Pantai Klatakan Melaya. Sesudah mendarat, pasukan langsung menyebrang jalan menuju Desa Peh untuk melakukan konsolidasi dan mengatur penggabungan dengan para pemuda dan rakyat Bali yang sudah dihubungi. Pertempuran yang berlangsung tanggal 4  April 1946 tersebut berlangsung 15 menit, namun sudah cukup untuk berhasil mengalahkan musuh.dep/aga


Komentar

Berita Terbaru

\