PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Merajut Kebhinekaan, Menjaga Pancasila

Senin, 03 April 2017

00:00 WITA

Nasional

7539 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Opini, suaradewata.com - Pancasila memang benar-benar sudah menjadi dasar ideologis bangsa. Pancasila tidak pernah menjelaskan adanya perbedaan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Justru pancasila yang menjembatani kita semua dalam keberagaman yang ada di Indonesia ini. Selain itu, nasionalisme sering kali dipermasalahkan oleh sebagian orang. Nasionalisme tidak hanya sekedar membela pertandingan sepak bola, nasionalisme itu bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi kebanggaan dirinya terhadap Ideologi Pancasila.

Harus disadari bahwa tanpa Pancasila, tidak ada NKRI. Pancasila merupakan perjanjian luhur para leluhur ketika mendirikan NKRI. Oleh karena itu, Pancasila harus dihayati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk menjaga kedaulatan NKRI, perlu adanya dialog untuk mencegah berkembangnya ideologi selain Pancasila. Selain itu semua pihak perlu membangun wawasan kebangsaan dalam rangka mengamankan, melestarikan dan membudayakan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Saat ini banyak berkembang ideologi yang mengancam Pancasila. Ancaman ideologi dari luar misalnya individualism dan kapitalisme. Sementara dari dalam yaitu keberadaan kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Dalam rangka pengamanan penegakan Pancasila sebagai ideologi bangsa, semua pihak di Indonesia telah melakukan berbagai hal diantaranya penangkalan ideologi selain Pancasila.

Sejarah mengatakan bahwa Ideologi Pancasila berkedudukan sebagai alat pemersatu bangsa. Artinya, ketika Pancasila digunakan sebagai alat, maka masyarakat sebagai pengguna perlu mengaplikasikan kehidupan berketuhanan YME di Indonesia dengan menjaga kebhinekaan dalam keberagaman agama. Situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia itu tergantung dari masyarakatnya sendiri. Kita jangan mudah goyah hanya karna provokasi yang tidak jelas dari mana asalnya tersebut. Ingat, bahwa banyak kepentingan asing di negara ini, oleh karena itu kita jangan pernah terpancing dalam politik adu domba di negeri sendiri. Justru kita perlu waspada terhadap ancaman yang datang dari luar ke dalam negeri yakni dengan menjaga Kebhinekaan dan membangun Indonesia.

Pancasila lahir di saat Bung Karno diasingkan di Ende, Provinsi NTT. Oleh karena itu, menjadi komitmen bersama masyarakat NTT untuk menjaga Pancasila dari ancaman ideologi lain. Masyarakat NTT telah menerapkan nilai-nilai Pancasila misalnya dalam hal toleransi antar umat beragama. Bahkan masyarakat NTT dinilai paling solider. Namun, kabaikan masyarakat NTT perlu dijaga karena berbahaya jika telah hilang kesabaran.

Nilai dasar Pancasila telah ada sebelum kemerdekaan. Norma-norma Pancasila telah ada dalam masyarakat sebelum ditetapkan sebagai dasar Negara pada Agustus 1945. Namun, saat ini nilai-nilai itu dinilai mulai memudar seiring pengaruh dari ideolgi lain. Dalam rangka menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, perlu lembaga yang mengajarkan nilai dan norma Pancasila.

Perkembangan zaman dan teknologi informasi tidak bisa dihindari, sehingga perlu ada pencegahan/penangkalan pengaruh ideologi Pancasila melalui teknologi informasi. Disamping itum menyikapi keberadaan Ormas yang mempunyai azas sendiri juga menjadi ancaman bagi Pancasila. Oleh karena itu, perlu adanya pembubaran Ormas yang tidak berazaskan Pancasila.

Oleh karena itu, warga Indonesia perlu terus menjaga dan memperkuat politik entitas yang dimiliki sejak dahulu. Pemimpin kita terdahulu mengajarkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang berketuhanan, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin kita dulu adalah pendekatan keamanan (security approached), dimana pemimpin-pemimpin tersebut memiliki tujuan untuk menjaga keberagaman yang ada di dalam negeri. Tetapi, apabila hal tersebut hanya dilakukan oleh pemerintahan saja tidaklah cukup, sehingga perlu ditopang oleh masyarakatnya itu sendiri.

Sebagai contohnya, sejarah juga mengatakan bahwa warga Maluku adalah masyarakat yang taat akan perbedaan, hal tersebut ditunjukan bahwa sampai saat ini kita masih hidup berdampingan antara satu dengan yang lainnya. Faktor kesejahteraan merupakan hal terpenting dalam pembangunan Maluku yang lebih baik. Apabila warganya tidak menjaga kebhinekaan dengan baik, sangatlah tidak mungkin kesejahteraan masyarakat Maluku akan tercukupi. Oleh karenanya, saya berpesan bahwa dengan keutuhan semangat menuju Indonesia yang maju dibutuhkan sebuah komitmen tinggi secara bersama-sama bagi organisasi kepemudaan.

Elemen lintas agama harus punya semangat baru dalam menghadapi isu SARA yakni dengan bersama-sama menjaga Kebhinekaan di wilayah Maluku ini. Kita satu darah, namun beda agama, tetapi hal tersebut tidak pernah menjadi batas antara kita semua. Justru dengan semangat perbedaan itu yang membuat kita semua bisa bersatu.

 

Oleh : Alex Christin (Peneliti Masalah Kebangsaan. Asal dari Semarang, Jawa Tengah)


Komentar

Berita Terbaru

\