Bangkitnya Komunisme dalam Konstelasi Politik Indonesia
Kamis, 30 Maret 2017
00:00 WITA
Nasional
4593 Pengunjung
Opini, suaradewata.com - Diakui tidak diakui, saat ini bahaya laten kebangkitan ideologi komunis tersebut sudah mulai muncul dalam konstelasi politik Indonesia kekinian, bahkan suporter dan pendukung mereka kerap melakukan gerakan dan eksistensinya walaupun masih dengan cara tertutup, mereka cepat mengupayakan agar semakin banyak masyarakat yang terpengaruh oleh ideologi mereka. Salah satu indikasi mulai munculnya komunisme adalah ditemukannya masyarakat dengan menggunakan kaos lambang komunis dan adanya coretan atau logo komunis di Madura, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya. Kebangkitan komunis ini perlu diwaspadai oleh semua pihak karena semua tahu jika komunis bangkit maka mereka akan menghabisi musuh utamanya yaitu para ulama, sehingga kebangkitan komunis harus dicegah sekuatnya dan jangan sampai pembataian ulama terulang kembali.
Sementara itu, salah seorang Kritolog dan pakar komunisme di Nusa Tenggara Barat yang tidak mau disebutkan namanya menyampaikan bahwa kebangkitan PKI di Indonesia sudah nyata. Bahkan, diduga banyak pendukung komunis yang sudah menyebar ke seluruh level masyarakat.
Pendukung kebangkitan PKI sudah berani menunjukkan diri dengan adanya masyarakat secara terang-terangan menggunakan atribut komunis seperti kaos dan mencat lambang komunis dibeberapa lokasi termasuk tempat ibadah. Umat Islam harus memperkuat persatuan dan kesatuan dalam mengantisipasi kebangkitan PKI.
Salah satu saksi hidup kekejaman PKI asal Nusa Tenggara Barat mengatakan, melihat kemunculan tanda-tanda komunis sudah mulai ada dengan ditemukannya beberapa kasus di beberapa daerah termasuk di NTB dimana TNI, Polri dan BIN menemukan beberapa warga yang memilki bendera komunis dan pakaian lambang komunis. Kemudian di Jawa Timur Madura masjid di cat lambang Komunis, dibeberapa daerah ditemukan masyarakat menggunakan Kaos komunis. Sejarah PKI di NTB ada di lokasi Rembige, Ampenan dan Narmada, serta berbagai kasus lainnya. Perang melawan PKI tidak hanya dilakukan oleh TNI, namun juga oleh organisasi Islam dan kepemudaannya.
Harus ada gerakan dari bawah dalam menolak dan melawan terkait adanya gerakan komunisme, jadi tidak hanya berpangku pada ulama GNPF MUI yakni Habib Riziq dan Bachtiar Nasir yang saat ini terus menghimbau kepada masyarakat untuk mengatisipasi dan mewaspadai akan lahirnya bahaya komunis baru.
“Pihaknya mendukung penguatan ekonomi syariah yang digagas oleh GNPF MUI dan ini harus terealisasi dengan mendirikan koperasi syariah 212. Saat ini terdapat beberapa koperasi syariah yang didirikan oleh para tokoh ulama seperti koperasi syariah GNPF MUI yang akan mendirikan M 212 M, Koperasi syariah Ary Ginanjar, Koperasi Syariah Dewan Masjid, dimana. koperasi syariah ini merupakan momentum untuk menyatukan gerakan umat. Pihaknya dipercaya oleh Dewan Masjid untuk mendirikan Koperasi Syariah,” katanya seraya menambahkan organisasi Kepemudaan Islam membangun gerakan dengan mendorong pihak aparat keamanan dan intelijen di Pusat dan daerah untuk ikut mencegah bahaya bangkitnya PKI.
Mempererat tali persaudaraan dan kesatuan
Untuk menangkal kebangkitan komunisme, maka slogan NKRI adalah harga mati dan UUD 1945 adalah komitmen kebangsaan hendaklah dipahami oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia, terutama pemuda Indonesia yang menjadi target utama perekrutan anggota komunis ataupun teroris di era kekinian, padahal pemuda Indonesia memiliki tiga mandat penting yaitu tidak akan ada yang bisa memecah belah NKRI; Mempertahankan tegaknya Islam di indonesia; Bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan kebaikan bagi warga Indonesia khususnya umat Islam.
Bangsa Indonesia secara keseluruhan harus menyadari bahwa kita tidak mengenal suku Lampung, Jawa, Papua, Cina atau apapun itu, karena kita semua adalah Indonesia dan kebetulan kebetulan ada lahir di Jawa, Lampung, Papua, beragama Islam, Nasrani dan sebagainya, tapi kita semua adalah indonesia.
Banyak organisasi kemasyarakatan dan keagamaan di Indonesia yang ikut andil dalam peran kemerdekaan Indonesia dan lahirnya Pancasila dan UUD yang sampai saat ini dan untuk mendatang tidak akan ditukar dengan paham yang lain. Oleh karena itu, wajar ketika Pancasila diganggu oleh PKI, teroris dan kelompok separatis maka banyak organisasi kemasyarakatan dan keagamaan bersama TNI, Polri dan BIN bahu membahu untuk memerangi PKI.
Harus diingat bahwa semua pemuda di Indonesia memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga keutuhan Indonesia, karena saat ini banyak usaha dari oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah negara Republik Indonesia.
Tugas pemuda melindungi dan mempertahankan NKRI ke depan akan semakin ketat atau berat. Untuk itu, peran pemuda mengikuti jenjang-jenjang pendidikan, karena pendidikan atau ilmu sangatlah penting; belajar berfikir secara sistematis, jika pemuda tidak berpikiran sistematika maka pemuda akan mudah menerima informasi hoax yang tentunya informasinya akan menyesatkan yang akan menyebabkan terganggunya keutuhan NKRI; mampu mengamati pesan-pesan yang tersurat dan juga yang tidak tersurat, artinya harus dapat mencerna dan mengamati situasi dan kondisi; mampu menganalisa serta perlu mengimplementasikan, artinya ilmu yang diperoleh dapat diterapkan ditengah masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keutuhan NKRI.
Pemuda Indonesia perlu menyadari bahwa situasi apapun jangan mudah dibelokkan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI, komitmennya ialah keutuhan NKRI. Jangan menyebarkan informasi yang salah dan setiap isu-isu yang beredar jangan mudah memutuskan dan menyimpulkan sehingga menghasut ke arah yang negatif.
Disisi yang lain, peran pemerintah dan kita semua sangat dibutuhkan untuk mengajak dan mendorong maayarakat agar dapat menjaga keamanan di daerahnya masing-masing sehingga kehidupan dan roda perekonomian akan berjalan dengan baik. Masyarakat harus kukuh dan bulatkan tekat untuk menjaga kesatuan republik indonesia dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan positif, karena dengan cara itu komunis, teroris dan separatis tidak akan berkembang di Indonesia.
Oleh : Darti Jumini (Pemerhati masalah kebangsaan di LSISI, Jakarta)
Komentar