PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

"Lukat Gni" Tradisi di Puri Satria Kawan

Rabu, 29 Maret 2017

00:00 WITA

Klungkung

3455 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Klungkung, suaradewata.com - Warga Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan kembali menggelar tradisi lukat gni atau perang api. Tradisi turun temurun ini dilaksanakan setiap tahun pada Rahina Tilem Sasih Kesanga atau malam Pengrupukan sehari menjelang perayaan hari suci Nyepi. 

Lukat Gni atau disebut juga perang api berasal dari dua kata, lukat dan gni. Lukat/melukat berarti pembersihan dari segala kotoran lahir/batin dan gni berarti api. Lukat gni dapat diartikan sebagai sebuah tradisi pembersihan atau penyucian buana alit dan buana agung dari segala kekotoran atau mala dengan sarana api dan menjaga keseimbangan alam dan manusia, sehingga terjadi keharmonisan dalam pelaksanaan catur brata penyepian. 

Prosesi diawali dengan melakukan persembahyangan bersama di pura atau merajan setempat guna memohon keselamatan dan kelancaran pelaksanaan lukat gni. Puluhan pemuda yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini selanjutnya menuju catus pata atau perempatan Desa untuk melaksanakan tradisi tersebut. Disini, para peserta selanjutnya menghantamkan api dari danyuh (daun kelapa kering) yang diikat kepada masing-masing lawan. Tidak nampak luka meski dipukul dengan api. Bahkan tidak ada dendam diantara peserta. Suana pun tambah semarak dengan iringan tabuh baleganjur. 

Tokoh spiritual Puri Satria Kawan, Mangku A.A. Gde Anom Merta menyatakan, tradisi lukat gni atau perang api merupakan tradisi warisan leluhur yang ada di Puri Satria Kawan. Sebagai generasi muda, wajib meneruskan dan melestarikan tradisi yang sudah diwariskan para tetua disini. "Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu," ujarnya usai pelaksanaan Lukat Gni, Senin (27/3). 

Menurutnya, Lukat Gni atau sering disebut perang api merupakan salah satu jenis penglukatan yang dilaksanakan untuk membersihkan atau manyucikan buana alit dan buana agung. Melalui tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali pada saat pengrupukan menyambut hari suci Nyepi ini diharapkan mampu menetralisir pengaruh-pengaruh negatif dan tercipta keharmonisan pada diri dan keseimbangan alam semesta. "Melalui Lukat Gni ini akan tercipta keharmonisan dan keseimbangan alam semesta," sebutnya.

Salah seorang peserta Lukat Gni, A.A. Gde Baskara Diningrat menyatakan, dirinya ikut tradisi ini adalah untuk melestarikan warisan leluhur. Menurutnya, dengan berbekal keyakinan yang ada dalam diri semua api yang mengenai tubuh tidak akan terasa panas. Setiap api tersebut dipercaya mampu menghilangkan segala kekotoran atau mala yang ada dalam diri. "Dengan keyakinan yang saya miliki, semakin banyak terkena api akan semakin banyak kotoran atau mala yang hilang dalam diri kita," ujar Baskara yang rutin mengikuti tradisi ini setiap tahun. jul/ari


Komentar

Berita Terbaru

\