Tokoh Muslim di Bangli Bantah Tudingan Sekjen FPI Munarman
Jumat, 27 Januari 2017
00:00 WITA
Bangli
6356 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com – Sejumlah tokoh umat muslim di Bali dan Bangli pada khususnya, dengan tegas membantah pernyataan yang disampaikan Sekjen Front Pembela Islam (FPI) Munarman yang diduga menuduh pecalang (petugas keamanan adat di Bali) melempari rumah penduduk dan melarang umat Islam melaksanakan ibadah sholat Jumat. Sebaliknya, kerukunan antar umat di Bangli dari tahun ke tahun sudah terjaga dengan baik dan sangat kondusif. Untuk itu, tokoh muslim di Bangli mengharapkan seluruh umat jangan sampai umat terpancing pada isu-isu yang menyesatkan tersebut.
Ketua Yayasan Masjid Agung Bangli, Haji Lukman Hakim saat ditemui usai sholat Jumat (27/01/2017) dengan tegas menyebutkan dari tahun ke tahun kerukunan umat beragama di Bangli sangat-sangat kondusif. Bahkan saat hari raya Nyepi, pelaksanaan sholat masih bisa berjalan dengan baik dengan pengamanan para pecalang. “Saat hari raya Nyepi, pecalang yang justru mengantar umat kami untuk melakukan ibadah ke masjid. Tidak ada pernah masalah dan keluhan yang terjadi selama ini,” tegasnya. Disampaikan, ribut-ribut yang terjadi belakangan ini, diibaratkan seperti orang buang angin. “Kalau di ditempat lain ada orang buang angin, kan kita tidak mesti ikut marah. Jadi sampai saat ini, kita di Bangli aman-aman saja. Toleransi antar agama sangat kondusif,” jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan, Haji Gufron, Wakil Ketua MUI Kabupaten Bangli. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diingikan, diharapkan berita-berita luar disaring dengan jernih. “Alhamdulilah, masyarakat di Bangli sudah dewasa dan bisa memfilter mana berita yang baik dan yang tidak. Kalau di daerah lain ribut-ribut, kita tidak usah terpancing begitu saja,” tegas Ketua Takmil Masjid Agung Bangli ini. Untuk itu, selama ini umat muslim di Bangli sudah selalu diberikan pencerahan bagaimana menghargai umat nonmuslim. “Selama ini kita tidak ada masalah. Walapun hari raya Nyepi, kami ibadah juga tidak pernah ada masalah. Di Bali itu, tidak ada namanya larangan dari pecalang. Dari tahun 80-an saya di Bali. Kita pengajian dirumah juga tidak ada masalah dan tidak pernah ada masalah,” bebernya.
Jadi, lanjut dia, tidak benar kalau ada statemen di medsos bahwa islam di Bali tertekan dan sebagainya. “Itu berita bohong belaka. Hanya hoax. Kami disini rukun-rukun saja,” tegas Haji Gufron. Untuk itu, diharapkan kepada umat Muslim Bangli untuk tidak terpancing pada isu-isu yang menyesatkan tersebut.
Sementara itu, Tony Hermewan, Ketua Najir Kabupaten Bangli juga menyampaikan sejak tahun 1977 tinggal di Bali hingga sekarang ini, toleransi umat beragama masih terjaga dengan sangat baik. “Kalau ada acara-acara kegiatan masjid yang bersamaan dengan Perayaan Nyepi, walapun saya tinggal di daerah luar masjid, kita biasa diantar oleh para pecalang sampai hari ini. Bagi umat disini, isu-isu dari luar itu, bagi kami insyaallah bisa ditanggulangi dengan cara yang baik,” jelasnya.
Sebelumnya, sejumlah tokoh lintas agama di Bali melaporkan Sekretaris Jenderal Front Pembela Islam (FPI) Munarman ke Polda Bali, pada Senin, 16 Januari 2017. Laporan itu dipicu ucapan Munarman, yang juga merupakan juru bicara FPI, dalam sebuah video di YouTube tertanggal 16 Juni 2016 lalu. Di dalam video yang berjudul Heboh FPI Sidak Kompas itu, Munarman diduga membuat tuduhan sepihak bahwa pecalang (petugas keamanan adat di Bali) melempari rumah penduduk dan melarang umat Islam melaksanakan ibadah salat Jumat. Menurut para tokoh lintas agama ini, di dalam video itu Munarman berbicara tanpa memberikan bukti data yang valid sehingga memancing reaksi masyarakat Bali. ard/ari
Komentar