Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Idealnya 125 Juta Orang
Kamis, 29 Desember 2016
00:00 WITA
Denpasar
3670 Pengunjung
Denpasar, suaradewata.com - Anggota DPRD Provinsi Bali Nyoman Tirtawan, mengaku sangat terkesan dengan industri pariwisata Malaysia. Pasalnya, Negeri Jiran itu mencatat kunjungan wisatawan fantastis setiap tahunnya.
Betapa tidak, dengan luas wilayah yang hanya 328 ribu km2, kunjungan wisatawan ke Malaysia bahkan mencapai angka 25 juta orang. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Indonesia, yang memiliki objek wisata fantastis serta keragaman budaya yang tak ada duanya di dunia.
Dengan luas wilayah sekitar 1,9 juta km2, atau lima kali luas Malaysia, kunjungan wisatawan ke Indonesia justru hanya sekitar 8,8 juta orang. Idealnya dengan luas wilayah yang ada serta kekayaan flora dan fauna yang dimilikinya, menurut Tirtawan, kunjungan wisatawan ke Indonesia idealnya mencapai angka 125 juta orang.
"Idealnya, kunjungan wisatawan ke Indonesia minimal 125 juta tiap tahun. Tetapi nyatanya hanya 8,8 juta kunjungan. Bandingkan dengan Malaysia yang tidak punya apa-apanya jika dibandingkan dengan keindahan alam dan budaya yang kita miliki. Mereka dikunjungi 25 juta wisatawan tiap tahun," tutur Tirtawan, di Denpasar, Kamis (29/12).
Dengan data ini, Tirtawan menyebut, ada yang salah dengan pengelolaan pariwisata Indonesia. Ia pun enggan terlalu jauh berbicara soal industri pariwisata secara nasional.
Politisi Partai NasDem itu cenderung mencermati lebih dekat kondisi pariwisata Bali, yang diakuinya memang berkembang sangat pesat. Sayangnya, laju industri pariwisata di Pulau Dewata justru tidak berdampak bagi pemerataan pembangunan dan ekonomi di Bali.
Ia menyebut, pariwisata Bali sudah berjalan hampir 60 tahun. Pariwisata ini didukung dengan keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai, yang usianya sudah hampir 50 tahun. Dengan hanya satu bandara serta landasan pacu tunggal, Bandara Internasional Ngurah Rai disebutnya sudah tak cukup untuk menampung kunjungan wisatawan yang terus meningkat tiap tahun.
"Banyak tamu yang batal ke Bali, karena kesulitan penerbangan. Itu kenapa? Ternyata karena bandara sudah krodit. Banyak penerbangan yang cancel, akhirnya berdampak pada pembatalan kunjungan wisatawan ke Bali," ujarnya.
Karena itu, demikian anggota Fraksi Panca Bayu DPRD Provinsi Bali ini, sudah waktunya bagi Bali untuk mewujudkan pembangunan bandara bertaraf internasional di Buleleng. Ini penting, karena bandara yang ada saat ini sudah tak mungkin lagi diperluas. Di sisi lain, pertumbuhan akomodasi pariwisata juga tak terbendung, tak sebanding dengan volume kunjungan wisatawan.
"Akomodasi pertumbuhannya pesat, tetapi bandara tidak pernah diatensi untuk sikapi lonjakan kunjungan wisatawan. Di sisi lain, penerbangan kita ramai, tetapi landasan pacunya cuma satu. Padahal minimal untuk Bali, bandaranya harus dua atau tiga landasan pacu. Karena bandara yang ada tidak bisa lagi diperluas, maka solusinya segera bangun bandara di Buleleng," tandas Tirtawan.
Ia berpandangan, pembangunan bandara ini sangat penting, karena akan membawa banyak dampak positif bagi Bali ke depan. Di antaranya pemerataan pembangunan di Pulau Dewata. Selain itu, kehadiran bandara baru ini juga akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, sekaligus mengimbangi pertumbuhan akomodasi pariwisata yang ada.
"Kita sesungguhnya sudah tidak perlu lagi tambah akomodasi, apapun kedoknya. Gubernur Bali sudah keluarkan kebijakan moratorium, namun kabupaten/ kota terus saja memberi izin pembangunan akomodasi wisata. Solusi untuk kondisi ini adalah, kita tingkatkan jumlah kunjungan wisatawan, salah satunya dengan membangun bandara di Buleleng," pungkasnya.san/aga
Komentar