Gianyar, suaradewata.com - Seorang kakek, Sang Made Arka, 64, asal Banjar Denjalan, Desa Batubulan Sukawati, ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri di gudang rumahnya pada Kamis (1/12) pukul 06.30. Aksi nekat itu dilakukan kakek Arka lantaran sudah tidak kuat dengan penyakit ambien yang dia derita. Saat meninggal, keluarganya juga menemukan sepucuk surat wasiat.
Menurut Kapolsek Sukawati, AKP Wayan Wisnawa, aksi gantung diri itu baru diketahui oleh putranya, Dewa Made Kamar sepulang dari kegiatan adat di balai banjar. Kamar sendiri sejatinya sudah bangun lebih awal pada pukul 05.30 untuk ngayah. “Sepulang dari kerja adat itu, saksi (Kamar) pulang lalu menuju dapur, melihat sudah ada korban (Arka) dalam keadaan tergantung,” ujar AKP Wisnawa, kemarin.
Dijelaskannya, posisi gudang itu berada di belakang dapur dan kelihatan dengan jelas jasad kakek Arka tergantung dalam posisi leher terikat tali. “Mengetahui korban gantung diri, saksi satu lalu membangunkan keluarga yang lain dan menurunkannya,” ujarnya.
Para saksi menurunkan kakek Arka dengan cara memotong tali yang menjerat lehernya. Selanjutya, pihaknya menghubungi kepala dusun melaporkan kasus gantung diri tersebut. Dari pihak kepala dusun selanjutnya meneruskan laporan kepada kepolisian.
Jasad korban sendiri sempat dibawa ke Puskesmas untuk penanganan medis. Namun, nyawa kakek Arka sudah tidak tertolong lagi. Dokter Puskesmas, Bagus Sugamia, menyebut, jika kakek Arka telah meninggal dunia empat jam sebelum penemuan gantung diri. Dari alat kelamin kakek Arka keluar air mani, lalu dari dubur keluar darah dan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kematian korban murni karena bunuh diri.
Kerabat korban menuturkan, Senin lalu (21/11) kakek Arka sempat menjalani operasi ambient di RS Ganesha Celuk dan memang sejak lama sering mengeluh karena sakit. Saat gantung diri, pihak keluarga juga menemukan sepucuk surat yang ditulis kakek Arka pada amplop. Tulisan tersebut berbunyi, “De, tanam tyang delod Aji Geriane. Di lemarine ade telu buku tabungan. De sebet. Suksma (De, tanam saya di selatan kuburan Aji Geriane. Di lemari ada 3 buku tabungan. Jangan sedih. Terima kasih),” ujar kakek Arka dalam surat wasiatnya. Atas kejadian itu, pihak keluarga telah merelakan kepergian korban dan tidak melaporkan ke polisi.
Sementara itu, di Banjar Saraseda, Tampaksiring juga terjadi kasus bunuh diri, sekitar pukul 18.30 Wita, korban bernama I Made Lages, 70, petani. Korban ditemukan di gubuk yang berada di tepi sawah oleh anak korban I Wayan Mula, 42, yang khawatir orangtua tidak kunjung pulang dari sawah. Dari informasi yang didapatkan, sekitar pukul 14.30 Wita, Lages ke tegalan untuk menyabit rumput. Pukul 18.00 Wita, istri korban Ni Made Wedri, 62, merasa was-was karena suaminya belum pulang, apalagi kondisi sedang hujan.
Wedri kemudian menyuruh anaknya I Wayan Mula untuk mencari bapaknya untuk menengok ke sawah. Setibanya di gubuk tepi sawah, Mula terkejut melihat Lages, bapaknya sudah tergantung tali plastik sisa pengikat sapi. Mula kemudian berlari kearah desa.dan berteriak minta tolong. Warga yang mendengar teriakan minta tolong langsung menuju ke lokasi dan bersama-sama menurunkan korban dari jeratan dilehernya. Korban selanjutnya dibawa ke Klinik Ana untuk mendapatkan pertolongan pertama, namun setiba di klinik korban dinyatakan sudah meninggal.
Dari hasil pemeriksaan dokter piket klinik, dr. Kadek Novi Rina mengungkapkan, pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, hanya bekas jeratan di leher. Sedangkan dari hasil olah TKP terdapat tali plastik sepanjang 1,5 meter dengan simpul hidup tergantung di bambu pada langit-langit gubuk.
Diduga korban mengakhiri hidupnya karena merasa terbebani oleh permasalahan keluarga. Sebab lima hari yang lalu, istri korban sempat mendengar keluh kesahnya yang mengatakan sampai sekarang tidak bisa melaksanakan piodalan di sanggahnya. Keluarga korban juga telah merelakan kepergian korban dan menerima sebagai musibah. gus/ari
Komentar