PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Lewati Bibir Jurang Membawa Oncor Demi Sekolah

Rabu, 20 Juli 2016

00:00 WITA

Karangasem

3836 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Amlapura, suaradewata.com- Selama bertahun-tahun para siswa yang tinggal di daerah terpencil atau tepatnya di Dusun Jatituhu, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, harus berjalan menuruni bukit sejauh hingga lima kilometer untuk bisa sampai di sekolah mereka. Bahkan tidak sedikit dari siswa tersebut tergelincir dan terjatuh kejurang hingga mengalami luka-luka. Tapi itu hanya bagian kecil dari nestapa yang dialami para siswa di atas bukit yang nyaris tidak pernah mendapatkan perhatian baik dari Pemkab Karangasem maupun Pemerintah Provinsi Bali. 

Selain itu, kekeringan dan kesulitan air bersih yang dialami oleh seluruh masyarakat di dusun ini dan beberapa dusun tetangga mereka seperti Dusun Darmaji membuat para siswa harus berdamai untuk tidak mandi ketika berangkat kesekolah, pun demikian baju mereka juga jarang dicuci lantaran air yang ada hanya cukup untuk memasak dan minum keluarga. 

Kadus Jatituhu, I Wayan Sumera, kepada wartawan Rabu (20/07/2016) menuturkan, untuk berangkat ke sekolah para siswa SD dan SMP di dusunnya itu juga harus bangun dipagi buta, selain menyiapkan buku pelajaran, yang terpenting yang harus mereka para siswa siapkan adalah “Oncor” atau obor sebagai sarana penerangan dijalan. Maklum untuk bisa sampai disekolah mereka yang berjarak cukup jauh dan memakan waktu perjalanan dua jam, para siswa di dusun ini harus berangkat ke sekolah saat hari masih gelap, jika tidak ingin terlambat. 

“Ya anak-anak sekolah di dusun kami ini harus berangkat subuh, karena sekolahnya kan jauh! Kalau tidak ya mereka akan terlambat sampai di sekolah,” kata Sumera. 

Tidak hanya itu, untuk berangkat kesekolah mereka yang berlokasi di Dusun Temakung itu, para siswa tersebut harus melewati jalan setapak yang dianggap sebagai jalan tercepat menuju sekolah, meski saat melewati jalan setapak itu para siswa ini harus menyabung nyawa. Jika tidak hati-hati mereka bisa saja tergelincir dan terjatuh kejurang yang berada disisi jalan. Sumera menyebutkan banyak siswa yang mengalami luka-luka karena terjatuh. 

“Bahkan anak saya sendiri sampai mengalami patah tulang karena jatuh kejurang saat berangkat kesekolah ketika melewati jalan setapak itu,” ungkapnya, sembari menyebutkan nama anaknya I Nengah Sadarana yang duduk dibangku SMP satu atap yang juga lokasinya di Dusun Temakung. 

Selain itu, sejumlah anak juga mengalami luka bakar akibat terjatuh dan tubuhnya terkena api dari obor yang mereka bawa itu. Itulah menurutnya yang dialami oleh anak-anak di dusunnya. Sebenarnya kata dia ada akses jalan yang sudah dibuka, hanya saja akses jalan tersebut sejak dibuka belasan tahun lalu sampai sekarang tidak pernah diaspal atau dibetonisasi. Pihaknya pun sudah berulang kali mengajukan pengaspalan atau betonisasi, namun tidak pernah ditanggapi pemerintah. 

Andai saja kata dia, akses jalan satu-satunya itu diperbaiki mungkin nasib para siswa di dusunnya tidak seperti itu, karena mungkin mereka bisa kesekolan naik sepeda ontel atau diantar oleh orang tua mereka naik motor. Namun jangankan dilalui sepeda motor atau sepeda ontel, untuk lewat dengan berjalan kakipun jalan utama itu berbahaya, sehingga para siswa dan warga lebih memilih lewat jalan setapak yang relatif lebih aman. Pihaknya berharap Pemprov Bali dan Pemkab Karangasem mau memperhatikan kondisi yang dialami warganya tersebut. nov/gus


Komentar

Berita Terbaru

\