PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Buleleng Masuk Urutan Kedua Ketahanan Pangan Bali

Rabu, 13 Juli 2016

00:00 WITA

Buleleng

4724 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Buleleng, suaradewata.com – Kabupaten Buleleng masuk urutan kedua di Bali yang masih menjaga ketahanan pangannya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk meningkatkan peringkat tersebut adalah menghentikan alih fungsi lahan persawahan di kawasan Bali Utara.

Hal itu disampaikan Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra, saat menghadiri Gebyar Penanaman dengan sistem Jajar Legowo (Jarwo) yang berlangsung di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Selasa (12/7).

Menurut Wabub Sutjidra, salah satu kebanggan memperoleh peringkat dua pensulpai beras di Bali adalah terkait kondisi lahan perwasahan yang lebih sempit dibanding dengan kabuptan lain. Dan dibalik perbandingan lahan persawahan yang lebih sempit, lanjut Wabub Sutjidra, kawasan Bali Utara ternyata mampu memberikan suplai beras ke kabupaten lain di Bali.

“Jadi produksi gabah kering giling kita sudah mencapai tujuh ton. Walaupun lahan kita lebih sempit, kita lakukan intensifikasi untuk meningkatkan produksi,” kata Sutjidra.

Upaya intensifikasi tersebut dirangkaikan dengan sejumlah usaha Pemkab Buleleng untuk menghentikan alih fungsi lahan persawahan melalui regulasi yang di buat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda).

“Untuk para petani yang masih mau menanam padi, kita berikan insentif ataupun asuransi untuk terus bisa menanam padi sehingga ketahanan pangan di Kabupaten Buleleng bisa terjaga,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut Sutjidra, upaya untuk membangun kembali sekeha manyi (Kelompok panen padi) juga mendapat perhatian khusus dari Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana. Yang menurut pimpinan daerah Buleleng, keberadaan sekeha manyi perlahan mulai tergerus keberadaannya akibat moderenisasi alat-alat pertanian yang belakangan sering digunakan petani.

Menurut Wabup Sutjidra, dalam komunitas sekaa manyi tersebut terbangun suatu sistem gotong royong dalam kearifan lokal. Kelompok panen padi tradisional itu pun dianggap akan memberikan kontribusi terhadap Subak (Kelompok pengairan tradisional khas Bali). “Kami berharap sekaa manyi ini dihidupkan kembali dan terus diberdayakan agar tidak hilang,” ungkapnya. 

Terkait dengan luas lahan dan hasil panen padi di Kabupaten Buleleng, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Nyoman Swatantra, mengatakan lahan pertanian di Buleleng pada tahun 2016 seluas 7.600 hektar. Dimana, dengan menggunakan sistem penanaman jajar legowo tentu diharapkan mendapat hasil produktivitas panen yang sangat menguntungkan.

Sistem jajar legowo ini memiliki jarak tanam yang mudah diatur sehingga populasi tanaman per hektarnya semakin tinggi. Sebagian besar tanaman padi juga berada di daerah tinggi yang menyebabkan matahari lebih banyak masuk sehingga proses fotosintesis semakin bagus dan produktivitas meningkat.

Varietas yang diberikan kepada petani merupakan varietas ciherang. Varietas ini memiliki potensi produksi yang cukup tinggi yang mencapai angka 9 ton per hektar. Varietas ini juga memiliki rasa yang enak. Selain pengenalan dengan sistem ini, para petani juga dibantu alat-alat seperti traktor untuk membantu mempercepat pengolahan tanah.

“Kami harapkan dari 7.600 hektar ini penanamannya dilakukan serentak sehingga bisa panen dalam waktu yang bersamaan dengan target produksi yang telah ditentukan kurang lebih 133.000 ton,” papar Swatantra yang mengharap produksi padi semakin meningkat.

Salah satu petani yang juga Klian Subak Tegallenga, Made Mangku mengatakan sistem jajar legowo ini memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah produktivitas yang meningkat. Para petani juga mengharapkan produktivitas yang lebih sampai 10 ton per hektar.

Made Mangku juga menambahkan selain mempunyai keuntungan, petani juga mengalami sejumlah kesulitan. Salah satunya adalah permodalan. Hal itu disebabkan karena sistem jajar legowo ini memerlukan banyak tenaga. Selain itu pemakaian pupuk juga dua kali lipat sehingga pembiayaan juga melambung. “Kesulitan kami hanya di bidang pembiayaan. Modal meningkat dengan sistem jajar legowo ini,” pungkasnya.adi/aga


Komentar

Berita Terbaru

\