Wisatawan Ke Penelokan Membludak, Tukang Tatto Cilik Sumringah
Kamis, 07 Juli 2016
00:00 WITA
Nasional
4272 Pengunjung
suaradewata
Bangli, suaradewata.com – Melonjaknya tingkat kunjungan saat musim liburan panjang dan libur hari raya Lebaran, membawa berkah tersendiri bagi para tukang tatto cilik di kawasan obyek wisata Penelokan, Kintamani, Bangli. Pasalnya, pendapatan yang mereka raup dari penjualan jasa tatto temporary dan jasa hiasan cat kuku yang mereka tawarkan naik berkali-kali lipat.
Dari pantauan, Kamis (07/07/2016), membludaknya tingkat kunjungan ke Kintamani, menyebabkan arus lalu lintas cukup krodit. Kondisi ini, masih diperparah ulah oknum-oknum calo tiket yang masih tetap membandel menyetop para pengunjung yang akan turun di pertigaan jalan Penelokan-Kedisan, menawarkan tiket ke Kuburan Trunyan.
Terlepas dari itu, ramainya kunjungan wisatawan ke Penelokan baik domestik maupun mancanegara menyebabkan para tukang tatto cilik dan tukang cat kuku menjadi sumringah. Dengan latar belakang keindahan Gunung dan Danau Batur, para penjual jasa tatto temporary yang rata-rata masih duduk dibangku SD dan SMP ini, tampak begitu semangat menawarkan jasanya dari satu tamu ke tamu lainnya.
Seperti yang dilakoni Ni Komang Apriani (12), siswa kelas 2 SMP asal Batur Selatan, Kintamani. Hebatnya, dia mengaku belajar menggambar berbagai motif tatto secara otodidak. “Selain tatto, saya bersama teman-teman juga biasa menjual jasa cat kuku dengan berbagai variasi kepada wisatawan,” ungkapnya.
Dia mengaku ramainya tingkat kunjungan wisatawan ke Penelokan, pendapatan yang dihasilkan naik hingga berkali-kali lipat. “Kalau hari normal, bisanya mendapat penghasilan berkisar puluhan ribu saja. Tapi kalau musim liburan, pas tamunya ramai saya mendapatkan penghasilan sampai ratusan ribu,” ungkapnya. Hasil yang didapatkan itu, bagi anak-anak ini nantinya akan ditabung dan sebagian lagi akan dipergunakan untuk bekal sekolah.
Disampaikan, untuk satu motif tato biasanya ditawarkan seharga Rp 10.000 hingga Rp 50.000 tergantung motif dan ukurannya. Hal yang sama juga disampaikan tukang tatto cilik lainnya, I Ketut Sudiarta (12) yang telah menekuni profesinya sebagai tukang tatto sejak tiga tahun yang lalu. Itu dilakukan bukan karena kondisi ekonomi keluarganya. Namun ia hanya ingin belajar mandiri dalam mengais rejeki. Berbekal tekad untuk tak bergantung pada orang tua, terutama dalam urusan bekal sekolah, profesi itu pun dilakoninya. “Saya menjadi tukang tatto, untuk belajar mandiri,” ujarnya.
Kalau pada hari libur, kebanyakan anak-anak ini sudah mulai bersiap ke Penelokan sejak pukul 08.00 wita hingga pukul 18.00 wita. Sementara saat bersekolah, biasanya akan bekerja sebagai tukang tatto sepulang dari sekolahnya. “Kalau untuk belajar dan membuat PR, biasa saya lakukan malam harinya,” jelasnya. Dia juga mengaku, dengan menjadi tukang tatto di Penelokan, bisa mengasah dan menimba ilmu secara langsung untuk belajar bhasa asing kepada wisatawan. (ard/gus)
Komentar