PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

PHDI Serukan Bangun Tradisi Keagamaan Dengan Tatwa, Bukan Gengsi

Jumat, 01 Juli 2016

00:00 WITA

Bangli

3802 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Bangli, suaradewata.com - Ketua Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bangli Drs. I Nyoman Sukra meminta masyarakat hindu khususnya di Kabupaten Bangli untuk melaksanakan  ritual keagamaan sesuai kondisi dan sesuai dengan tatwa. Menurutnya prosesi upacara keagamaan Hindu di Bali tidaklah mahal asal dilaksanakan sesuai dengan tatwa bukan gengsi. Hal ini disampaikan Nyoma Sukra saat prosesi mejaya-jaya pengurus PHDI Kabupaten Bangli dan Yayasan Parisada Bangli, di Pura Kehen Bangli, Jumat (1/7/2016).

Lebih lanjut Nyoman Sukra menyampaikan, selama ini banyak yang beranggapan tradisi upacara keagamaan Hindu di Bali sangatlah mahal. Mungkin ini benar, karena masyarakat kurang memahami tatwa adi upacara yang dijalankan dan lebih mementingkan gengsi dan status sosial. Ia mencontohkan, upacara manusia yadnya ngotonin yang seharusnya rutin dilaksanakan setiap 6 bulan kalender Bali banyak tidak menjalankan secara rutin dengan berbagai alasan seperti belum memiliki cukup biaya untuk membeli babi guling dan menjamu keluarga besar.

Padahal ini tidak harus dilakukan seperti itu, karena prosesi ngotonin hanya memerlukan bebantenan inti yang tidak memakan banyak biaya. Termasuk juga upacara lainnya seperti ngaben dan pawiwahan (pernikahan) yang secara kasat mata lebih mengutamakan gengsi bukan tatwa. Oleh karenanya Nyoman Sukra mengajak umat hindu khususnya di Bangli untuk membangun tradisi keagamaan sesuai kondisi dan tatwa agama. “Kita minta masyarakat hindu di Bangli untuk membangun tradisi agama dengan tatwa bukan dengan gengsi”pintanya.

Terkait dengan pelaksanaan upacara mejaya-jaya, Nyoman Sukra menjelaskan, upakara ini merupakan tidak lanjut dari pembentukan kepengurusan baru pasca dilakukan pergantian kepengurusan di tubuh PHDI Kabupaten Bangli serta pengaktifan kembali yayasan parisada Kabupaten Bangli yang sempat mati suri akibat kosongnya kepengurusan. Lanjut dia, menjaya-jaya merupakan ritual memohon restu dan anugerah dari Ida Bhatara, sehingga semua program kerja yang direncanakan bisa berjalan sesuai dengan harapan.ard/aga


Komentar

Berita Terbaru

\