PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Dikikis Gelombang, Balai Nelayan Pantai Klecung Ambrol

Sabtu, 11 Juni 2016

00:00 WITA

Tabanan

4020 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Tabanan, suaradewata.com – Gelombang tinggi yang terus menerjang membuat Balai Nelayan di Pantai Klecung, Banjar Klecung, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan mengalami kerusakan. Balai tersebut ambrol. Lantaran bagian pondasinya terkikis ombak.

Dari pantauan di lapangan, bangunan berukuran 7 x 7 meter itu ambrol di bagian selatan. Kondisi ini membuat para nelayan setempat khawatir. Karena bangunan tersebut sewaktu-waktu bisa runtuh.

I Putu Sukradana, 40, nelayan asal Banjar Tegalmengkeb kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, menuturkan bahwa bangunan yang sering kali digunakan sebagai tempat meletakkan perahu tersebut ambrol setelah diterjang ombak Kamis (9/6/2016).

Hal tersebut membuat sejumlah perahu nelayan yang diletakkan di bangunan tersebut ikut rusak. “Bangunan tempat menaruhnya perahunya rusak. Perahu saya juga ikut rusak,” ujarnya, Jumat kemarin (10/6/2016).

Akibat peristiwa itu, dia bersama nelayan lainnya harus bergadang untuk memastikan perahu-perahu yang ada tidak rusak. Apalagi, sampai hanyut terbawa ombak atau gelombang pantai. Sebab, bila malam hari, gelombang tinggi bisa mencapai jarak 50 meter dari bibir pantai ke daratan. Bahkan, beberapa pekerja proyek senderan yang bermukim di pesisir pantai ketakutan dan memilih tidur di atas pohon.

“Padahal perahu nelayan sudah ditaruh jauh dari bibir pantai tetapi pada malam hari ombaknya sampai juga di radius 50 meter dari bibir pantai. Pekerja pembuat senderan juga ketakutan dan memilih tidur diatas pohon,” lanjutnya.

Karena tak bisa melaut kurang lebih selama dua bulan terakhir akibat ombak yang tinggi, Sukradana pun beralih profesi sementara menjadi petani demi tetap menghidupi keluarganya. “Mudah-mudahan ombaknya bisa cepat kembali normal agar saya bisa melaut lagi,” harapnya.

Hal serupa juga disampaikan Ketua Badan Pengelola Pariwisata (BPP) Desa Tegalmengkeb, I Made Rusnawa. Dengan kondisi alam yang kurang bersahabat, dirinya menghimbau pengunjung untuk mengurangi aktifitas di sekitar Pantai Klecung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Menurutnya ombak pasang memang fenomena alam rutin yang di alami di Pantai Klecung, hanya saja ketinggian ombak tidak pernah setinggi saat ini. “Ini memang fenomena alam sehingga tidak bisa kita hindari, tetapi tahun ini saya lihat ombak setinggi ini,” ujarnya.

Sementara itu, Perbekel Desa Tegalmengkeb, Dewa Made Widarma, membenarkan perihal ambrolnya bangunan nelayan di Pantai Klecung tersebut. Dirinya menjelaskan jika bangunan tersebut merupakan balai nelayan bantuan dari Pemerintah Pusat milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan melalui DAK tahun 2014.  Balai nelayan tersebut sering kali digunakan oleh empat Kelompok Nelayan yang ada di Pantai Klecung tersebut. “Akibat ombak yang tinggi, balai nelayan ini jadi ambrol,” ujarnya.

Widarma menambahkan jika kondisi ombak besar sudah terjadi di Pantai Klecung selama 10 hari terakhir, bahkan ketinggian ombak mencapai 4 meter. Hal tersebut tentu menimbulkan keresahan bagi warga, utamanya yang tinggal di pesisir. Untuk itu pihaknya terus menghimbau warga agar berhati-hati dan mengurangi aktifitas di sekitar pantai. “Warga kita himbau untuk tetap berhati-hati, kita juga bekerjasama dengan Babinkamtibmas untuk melakukan control setiap hari ke Pantai Klecung,” tegasnya.

Atas hal tersebut, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan, I Made Subagia yang dikonfirmasi terpisah mengatakan jika sesuai Berita Acara Serah Terima, bangunan bangsal tersebut sejak tahun 2014 sudah diserahkan ke Kelompon Nelayan yang ada di Pantai Klecung, sehingga bangunan tersebut tidak lagi tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan. Namun pihaknya sudah turun untuk meninjau ke lokasi agar bisa segera membuat laporan musibah.

“Kami juga sudah melapor ke BPBD Tabanan untuk mohon bantuan perbaikan,” ujarnya. Dijelaskannya, bangunan tersebut dibangun dengan nilai kontrak sekitar Rp 98 juta melalui DAK tahun 2014. ina

 

 


Komentar

Berita Terbaru

\