PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

64 Persen Pantai di Bali Rawan Abrasi

Rabu, 08 Juni 2016

00:00 WITA

Denpasar

5166 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Denpasar, suaradewata.com – Abrasi di Bali sudah pada titik yang mengkuatirkan, karena sudah 64 persen pantai di Bali terserang abrasi. Dalam setahun terjadi peningkatan air laut setinggi 4 sentimeter.

Hal ini diungkapkan pengamat lingkungan Made Mangku. Kepada sejumlah awak media, ahli kelautan ini juga menegaskan jika banjir yang melanda Pulau Bali khususnya di beberapa kawasan adalah banjir rob yang hanya terjadi satu kali dalam setahun dan Bali mengalaminya seperti kota-kota lainnya yang ada di Indonesia.

"Kalau 10 tahun tinggal dihitung saja. Dan, ini hampir terjadi di 64 persen pantai di Bali. Cepat atau lambat tetapi pasti terjadi," ujarnya di Denpasar, Rabu (8/6/2016).

Menurutnya, ada beberapa penyebab abrasi di Bali. Pertama, terjadi perubahan bentangan alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, es di kutub mencair, naiknya permukaan air laut dan sebagainya. Kedua, akibat ulah manusia. Untuk mengetahui penyebab yang diakibatkan ulah manusia tersebut, harus diketahui dua karakteristik pantai di Bali yakni karakteristik pantai primer dan karakterisitik pantai sekunder.

"Pantai primer itu pasirnya putih, karang, tebing bebatuan dan sebagainya. Pasirnya terbentuk dari karang laut sehingga berwarna putih. Yang sekunder itu berpasir hitam dan berasal dari pasir kali atau pasir gunung yang dibawa ke laut. Pantai primer tidak terjadi abrasi seperti di Uluwatu dan Tanah Lot, yang kondisi pantainya bertebing berkualitas batu utama," paparnya.

Sementara, karakteristik pantai sekunder adalah pantai yang labil seperti pantai di Sanur, Gianyar, Klungkung dan Karangsem. Ada pasir yang dibawa dari sungai, gunung, kemudian pasir itu tertumpuk di pantai dan setelah ditabrak ombak akan tersebar kemana-mana. Namun setelah pasir yang di gunung digunakan untuk pembangunan maka tidak ada lagi pasir yang terdistribusi ke pantai, sehingga air laut masuk ke daratan lebih cepat. ids


Komentar

Berita Terbaru

\