PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Orang Tua Korban Penebasan Shock, Sepupu Sempat Sarankan agar Keluar dari Ormas

Sabtu, 04 Juni 2016

00:00 WITA

Bangli

30835 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Bangli, suaradewata.com – Pasca tewasnya I Dewa Gede Artawan (31), anggota ormas yang tewas diserang dan ditebas orang bercadar di Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, menyisakan duka mendalam bagi keluarganya di Dusun Payuk, Peninjoan, Tembuku, Bangli.

Ditemui dirumah duka pada Sabtu (4/6/2016), orang tua korban I Dewa Nyoman Degdeg (58) dan Desak Ayu Sukerti (53) tampak masih shock setelah mengetahui informasi kematian anak sulung dari tiga bersaudara itu dengan cara sadis dan biadab. Terlebih, korban adalah tulang punggung keluarga dan kematiannya meninggalkan seoarang balita yang masih berusia empat tahun Dewa Ayu Krisna.

Tampak Dewa Ayu Sukerti, ibu korban tak henti-henti menangis meratapi kepergian putra sulungnya itu. “Saya tidak bisa ngomong apa. Siapa lagi yang bisa saya pakai tumpuan keluarga. Kok begini jadinya?” ucap Desak Ayu Sukerti dengan berlinang air mata didampingi suaminya Dewa Gede Nyoman Degdeg dengan mata berkaca-kaca.

Di mata keluarga, korban justru dikenal sosok orang yang polos dan tidak pernah bikin ulah. Bahkan, korban juga tidak bisa minum miras karena penyakit ambeien yang dideritanya. Korban juga dikenal pintar bergaul dan rajin dalam kelompok sekeha duka.

Sementara ayah korban, mengaku sehari sebelum korban dibunuh, sempat mimpi aneh. Diceritakan, pada Kamis (2/6/2016) malam, bermimpi berada di sebuah tempat dengan suasana yang tak jelas. “Dalam mimpi tiang (saya), seolah-olah berada dalam suasana keramaian. Tapi tidak jelas ada apa,” ungkapnya.

Sepengetahuan pihak keluarga, Dewa Gede Artawan tidak punya persoalan dengan orang lain. Hal itu diketahui dari penuturan Dewa Nyoman Sepianta, saudara sepupu korban. Sebab, kata dia, jika korban pulang kampung dari Denpasar selalu menyempatkan mampir ke rumahnya.

Dijelaskan, Dewa Gede Artawan selama ini tinggal di wilayah Sanur, Denpasar bersama keluarga istrinya dan anak semata wayangnya itu. Menurut pihak keluarga, yang bersangkutan kerja di sebuah art shop di Jalan Sunset Road.

Sedangkan istrinya Jero Nyoman Sridini, bekerja di Luar Negeri yakni di India, sebagai  tenaga terapis. “Istrinya baru sebulan lalu berangkat ke India,” ujarnya.

Sementara karena kesibukan kerja di Denpasar, korban diakui jarang-jarang pulang kampung. Biasanya, korban pulang jika ada kegiatan adat, ada upacara keagamaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan. “Suadara saya itu memang hobinya menyamabraya, masuka-duka,” lanjut Dewa Sepianta.

Terakhir sebelum musibah, korban pulang ke Banjar Payuk pada 8 Mei 2016 lalu. Ketika itu juga tak menunjukkan ada hal-hal yang aneh pada korban. Namun diketahui, korban masuk sebagai anggota ormas sejak dua tahun. “Sebelum musibah itu, saya pernah meminta agar saudara saya  keluar dan tidak ikut-ikutan masuk ormas,” ungkapnya.

Namun sebelum permintaannya itu diikuti korban, yang bersangkutan justru meninggal dengan cara yang keji ditebas orang bercadar.  

Di sisi lain, pihak keluarga belum  bisa memutuskan bagaimana nanti prosesi penanganan jazad korban. Selain masih di RSUP Sanglah, menunggu proses di Kepolisian, sebagian dari anggota keluarga besar korban juga sedang mengikuti upacara keagamaan, di antaranya Upacara Bayuh Sapu Leger di Banjar Payuk, Peninjoan. “Sampai saat ini, keluarga besar kami masih menyepikan kepergian saudara tyang itu, karena masih ada upacara keagamaan,” tegasnya.

Untuk kepastian, prosesi penanganan jenazah korban, keluarganya nantinya berencana akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan prajuru adat setempat. ard


Komentar

Berita Terbaru

\