Bedah Rumah Tak Kunjung Diterima, Seorang Warga Di Buleleng Rusak Tempat Tinggalnya
Minggu, 15 Mei 2016
00:00 WITA
Buleleng
5194 Pengunjung
suaradewata
Buleleng, suaradewata.com – Setelah tiga tahun dijanjikan akan mendapat bantuan bedah rumah, Made Mudita (60) warga Dusun Purwa, Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, akhirnya merusak bangunan dinding rumah miliknya sendiri, Minggu (15/5/2016).
Peristiwa kekesalan Mudita yang berlangsung sekitar pukul 14.15 Wita tersebut dipicu lantaran Perbekel Desa Pengastulan yang dianggap tebang pilih dan tidak komitmen dengan janjinya tersebut.
“Setiap tahun selalu dijanjikan, tapi hanya sekedar janji saja. Hingga suami saya kesal dan membobol tembok rumah hingga hancur,” ujar Ni Made Griya (57) yang tak lain adalah istri dari Mudita saat dikonfirmasi usai pengerusakan dinding rumah oleh suaminya.
Sambil turut menumpahkan kekesalannya, Griya mengaku selama ini Perbekel Pengastulan memang kerap kali pilih orang dalam memberikan bantuan. Bantuan yang turun untuk warga miskin di Desa Pengastulan cenderung hanya diberikan bagi yang dekat dengan pemimpin desa tersebut.
Kekesalan yang telah lama dipendam tersebut semakin tidak mampu terbendung setelah pendataan dan pengukuran yang sempat dilakukan oleh petugas. Namun, lanjutnya, malah warga yang lain mendapatkan bantuan tersebut karena memiliki kedekatan emosional dengan Perbekel Desa Pengastulan.
“Sudah senang sekali waktu dijanjikan, setiap tahunnya selalu makan janji tapi tidak pernah terwujud. Malah tiga rumah tetangga saya yang mendapat bedah rumah. Kami ini hanya buruh tani biasa, kalau memang tidak dapat, mending tak usah dijanjikan seperti ini. Sakit hati sekali keluarga kami,” terangnya seraya mengaku listrik rumah pun masih berstatus nyantel milik tetangga.
Dikonfirmasi terkait peristiwa tersebut, anggota dari Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Pengastulan, Putu Redana, mengaku sangat prihatin dengan tata kelola pemerintahan desa. Sikap perbekel yang bernama Ketut Yasa pun bukan sama sekali tidak pernah di kritisi oleh BPD.
Redana mengaku telah berulang kali mengingatkan untuk menggunakan skala prioritas dalam pemberian bantuan khususnya bedah rumah kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan polemik.
“Saya sendiri kesal juga, dalam mengambil kebijakan perbekel tidak pernah menggunakan skala prioritas. Beberapa kali saya berikan masukan tapi tidak pernah digubris. Akhirnya timbul masalah ini,” paparnya yang mengetahui kejadian warga ngamuk dan merusak rumah sendiri.
Sementara itu, Perbekel Desa Pengastulan yakni Ketut Yasa membantah jika telah diskriminatif dalam memberikan bantuan kepada warga. Menurutnya, hanya ada jatah 10 unit bantuan bedah rumah di Desa Pengastulan yang diterima. Sedangkan, lanjutnya, terdapat 21 kepala keluarga yang diajukan untuk mendapat jatah bedah rumah.
“Itu setelah dilakukan verifikasi hanya 10 unit saja yang layak mendapat. Nah keluarga Mudita ini awalnya masuk daftar juga tapi saya tidak tahu sampai sekarang kok belum dapat.Kan bukan saya yang menentukan, karana itu kebijakan Pemprov Bali,” pungkasnya.
Dikatakan, bantuan yang turun sebanyak 10 unit di Desa Pengastulan pun setelah dilakukan verifikasi oleh Pemprov Bali sehingga bukan perbekel yang menentukan nama penerima bantuan bedah rumah tersebut.(adi)
Komentar