PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Pembangunan Kota Diharapkan Tidak Tinggalkan Local Geniusnya

Rabu, 11 Mei 2016

00:00 WITA

Denpasar

2840 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Denpasar,suaradewata.com – 193 negara akan menghadiri Prepareration Comitte meeting (Prepcom), ketiga yang akan digelar di Surabaya pada 25-27 Juli 2016 mendatang. Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan Asia Pasifik yang dilirik PBB untuk menjadi tuan rumah menuju event 20 tahunan yakni Habitat III yang akan diselenggarakan di Quito-Equador pada Oktober 2016 mendatang.

Indonesia sendiri dipercaya menjalankan peran strategis mendorong tercapainya kesepakatan Agenda Baru Perkotaan (New Urban Agenda-NUA). NUA bertujuan memperbaharui komitmen negara-negara dunia untuk perumahan dan pembangunan perkotaan berkelanjutan.

Saat ini sekitar 55 persen penduduk tinggal di perkotaan dan sejak tahun 2008, Indonesia sudah melampauinya, namun uniknya 60 persen berada di pulau Jawa. Hal ini diungkapkan Staf Ahli Bidang SosiaL Budaya dan Peran Masyarakat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Lana Winayanti.

"Dikhawatirkan kapasitas pemerintah sangat terbatas untuk mengelola kota kalau kita tidak aware perkembangan perkotaan menjadi tidak efisien, kota mulai macet transportasi publik mulai tumbuh. Saat ini Jakarta dan Surabaya sudah buat MRT, belum lagi polusi kesehatan penyakit kesehatan lingkungan meningkat, life style pola makan tidak bergerak, sehingga obesitas tinggi," paparnya saat media brefing di Denpasar, Rabu (11/5).

Ditambahkannya, karena di kota tidak memiliki public space, maka semuanya terkait kemampuan kota mengatasi masyarakatnya, Kota dengan segala kompleksitasnya ini menurut Winayanti, membutuhkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan 3 prinsip yakni sosial, ekonomi dan lingkungan.

Pertama prinsip Leave no one behind jangan bangun jurang kaya dan miskin. Kedua bangun kota yang bisa melayani akses ke semua lini dengan mengurangi kemiskinan dan mencapai kesejahteraan,

Ketiga, bangun kota harus jaga lingkungan jangan dijadikan konversi lahan pertanian. Apalagi saat ini isu tantangan climate change menjadi tantangan tersendiri.

Karena itu, dibutuhkan sinergitas antara pusat dan daerah, peran serta masyarakat, perguruan tinggi dalam membangun perencanaan perkotaan ada ketergantungan wilayah.

"Kita tidak bisa mengandalkan APBN dan APBD, ini harus dibahas sebagai satu kesatuan. Kenapa kita butuh agenda perkotaan baru, habitat tempat kita tinggal, lingkungan rumah, perumahan, saat ini kita lihat pemukiman yang semakin mengkota," ujarnya.

Namun saat Prepcom3 nanti Indonesia membawa misi agar kepulauan kecil-kecil ini, ada pengakuan terhadap coustal city diketahui Indonesia memiliki garis pantai terpanjang didunia yaitu 90 rb km dengan penduduk sekitar 42 juta penduduk yang tinggal di pesisir perhatian agar tidak dianggap pesisir berdiri sendiri tapi merupakan kesatuan bersama dengan daratan.

"Orientasi pembangunan Indonesia cenderung ke darat, saat ini pak Jokowi dengan program poros maritimnya juga tengah gencar dibangun. Kita ingin new urban agenda ada prinsip pembangunan nilai yang harus dipegang jangan pembangunan dilakukan pengembang namun hanya lebih ke sisi ekonomi," pungkasnya.

Sementara itu, Guru besar Arsitektur Universitas Udayana Profesor Putu Rumawan Salain, mengatakan 20 tahun adalah waktu yang tepat untuk merencanakan sebuah tata ruang, Dan jika sebuah kota tidak siap didalamnya maka akan menggantung kearifan lokal.

Saat ini ada 4 isu yang menjadi permasalahan dalam membangun sebuah kota seperti Trade. Transportation, tourism dan telekomunikasi, ungkapnya. "Ini akan berputar seperti gasing, kota-kota akan menghadapi itu semua. Jadi yg paling tidak siap itu manusia terhadap perubahan, saya pikir sebuah kota akan mampu bertahan jika masih mempertahankan lokal geniusnya, mudah-mudahan dengan adanya perubahan tidak mengubah sebuah kota secara revolusioner," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa mengungkapkan, saat ini pembangunan Badung sedang berkembang pesat. Dimana pertumbuhan ekonomi 7 persen, selain itu angka migrasi ke Badung cukup tinggi dimana pertumbuhan penduduk sekitar 4,3 persen yakni 1 persen kelahiran dan migrasinya sisanya.

"Saya pikir cenderung tidak membawa masyarakat desa ke kota, namun menciptakan suasana kota jadi desa, ubah paradigma kita. Caranya dengan memperkuat desa seperti di kota dengan membangun infrastruktur seperti listrik, telekomunikasi, utilitas umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya. Penting buat konsep bangga suka desa caranya itu yg akan kami kembangkan ke depan. Ids


Komentar

Berita Terbaru

\